INTERFERON
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas mikrobiologi II
Oleh
Cut Shavrina Devinta Fauzi
1102101010043
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
INTERFERON
A.
Definisi Interferon
Interferon adalah hormon berbentuk sitokina berupa protein berjenis glikoprotein yang
disekresi oleh sel vertebrata akibat rangsangan biologis, seperti virus,
bakteri, protozoa, mycoplasma, mitogen, dan senyawa lainnya. Sejarah penemuan
interferon dimulai pada tahun 1954 ketika Nagano dan Kojima menemukannya pada
virus di kelinci. Tiga tahun kemudian Isaacs dan Lindenmann berhasil
mengisolasi molekul yang serupa dari sel ayam dan molekul tersebut disebut
interferon.
Interferon (IFNs) merupakan protein yang
dibuat dan dirilis oleh sel-inang dalam menanggapi suatu ancaman dari
penyakit pathogen seperti virus, bakteri, atau parasite dan atau sel
tumor. Hal tersebut memungkinkan untuk komunikasi antara sel-sel untuk memicu
pertahanan pelindung dari sistem kekebalan tubuh yang membasmi penyakit patogen
atau tumor.
IFNs dikenal sebagai sitokin glikoprotein. IFNs
memiliki fungsi lain yaitu mengaktifkan sel-sel kekebalan tubuh, seperti sel-sel
pembunuh alami dan makrofag, mereka meningkatkan perlawanan terhadap infeksi
atau sel tumor dengan mengatur presentasi antigen ke limfosit T, dan mereka
meningkatkan kemampuan sel inang terinfeksi untuk melawan infeksi baru dengan
virus.
Gejala yang dialami host (inang) tertentu, seperti
sakit otot dan demam, keadaan ini terkait dengan produksi IFNs selama infeksi.
Sekitar sepuluh IFNs yang berbeda telah diidentifikasi pada mamalia, tujuh dari
ini telah dijelaskan untuk manusia. Interferon terdapat tiga kelas IFN: Tipe I
IFN, Tipe II IFN, dan Type III IFN. Semua kelas IFN sangat penting untuk
memerangi infeksi virus
B.
Jenis Inteferon
Terdapat tiga kelas interferon yaitu, alfa, beta, dan gamma.
1.
Interferon-α, dihasilkan oleh leukosit dan
berperan sebagai molekul anti-viral. Penggunaan interferon-α untuk perawatan
penderita hepatitis B dan hepatitis C dapat menginduksi hipotiroidisme atau
hipertiroidisme, tiroiditis maupun disfungsi kelenjar tiroid. IFN-α memiliki
efek anti-proliferatif dan anti-fibrosis pada sel mesenkimal.
2.
Interferon-β, dihasilkan oleh fibroblas
dan dapat bekerja pada hampir semua sel di dalam tubuh manusia.
3.
Interferon-γ, dihasilkan oleh limfosit sel
T pembantu dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel
endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.
C. Fungsi Interferon
Interferon, terutama
alfa dan beta memiliki peranan penting dalam pertahanan terhadap infeksi virus.
Senyawa interferon adalah bagian dari sistem imun non-spesifik dan senyawa
tersebut akan terinduksi pada tahap awal infeksi virus, sebelum sistem imun
spesifik merespon infeksi tersebut. Pada saat rangsangan atau stimulus biologis
terjadi, sel yang memproduksi interferon akan mengeluarkannya ke lingkungan
sehingga interferon dapat berikatan dengan reseptor sel target dan menginduksi
transkripsi dari 20-30 gen pada sel target. Hal ini menghasilkan keadaaan
anti-virus pada sel target. Aktivasi protein interferon terkadang dapat
menimbulkan kematian sel yang dapat mencegah infeksi lebih lanjut pada sel.
Fungsi lain dari
interferon adalah untuk upregulate molekul kompleks histokompatibilitas utama,
MHC I dan MHC II, dan meningkatkan aktivitas immunoproteasome. Tinggi MHC Saya
ekspresi meningkatkan presentasi dari peptida virus ke sel T sitotoksik dan sel
pembunuh alami, sedangkan proses immunoproteasome peptida virus untuk memuat ke
molekul MHC saya, sehingga meningkatkan pengakuan dan membunuh sel yang
terinfeksi. Tinggi ekspresi MHC II meningkatkan presentasi dari peptida virus
ke sel T helper, ini rilis sitokin sel (seperti interferon dan interleukin
lebih banyak, antara lain) yang sinyal dan mengkoordinasikan aktivitas sel-sel
kekebalan lainnya. Interferon, seperti interferon gamma, langsung mengaktifkan
sel-sel kekebalan lainnya, seperti makrofag dan sel-sel pembunuh alami.
D. Terapi Interferon
Interferon-α dan -β
telah digunakan untuk penyembuhan berbagai infeksi virus, salah satunya adalah
beberapa hepatitis C dan B tertentu yang bersifat kronis serta akut dapat
menggunakan interferon-α. Sementara itu, interferon-γ yang berperan dalam
aktivasi makrofag, digunakan dalam penyembuhan kusta lepromatosa,
toksoplasmosis, dan leisymaniasis. Efek anti-proliferasi yang dimiliki
interferon juga menyebabkan senyawa ini dapat digunakan untuk mengatasi tumor
seperti melanoma dan Sarkoma Kaposi.
Terapi
interferon digunakan sebagai pengobatan untuk kanker. Pengobatan ini paling
efektif untuk mengobati keganasan hematologi, leukemia dan limfoma termasuk
leukemia sel berbulu, leukemia myeloid kronis, limfoma nodular, kulit T-
limfoma sel. Pasien dengan melanoma berulang menerima rekombinan IFN-α2b.
Tipe I IFNs memiliki potensi terapi untuk pengobatan berbagai macam leukemia
dan tumor padat karena efek antiproliferatif dan apoptosis mereka, mereka
anti-angiogenik. efek dan kemampuan mereka untuk memodulasi respon imun
spesifik mengaktifkan sel dendritik, sel T dan sel NK cytolytic. Penelitian di
daerah ini menerima penyelidikan intensif
Penggunaan interferon
pengobatan memang dibatasi karena adanya efek samping berupa demam, malaise,
kelelahan, dan nyeri otot. Selain itu, interferon juga bersifat toksik atau
beracun terhadap hati, ginjal, sumsum tulang, dan jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar