Minggu, 28 April 2013

Laporan Praktikum Embriologi Veteriner




LAPORAN PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI


NAMA :   CUT SHAVRINA DEVINTA FAUZI
NIM     :   1102101010043



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2012



LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI








                           
                            NAMA         :    CUT SHAVRINA DEVINTA F
                            N I M           :    1102101010043



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2012

DAFTAR ISI

COVER  .........................................................................................................      2
DAFTAR ISI  .................................................................................................     3
PENGAMATAN ORGAN REPRODUKSI  ..................................................    5
I.       PENDAHULUAN ...............................................................................     6
A.    Organ Reproduksi Maasculina ......................................................      6
B.     Organ Rproduksi Feminina ...........................................................      7
II.    TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................     7
A.    Organ Reproduksi Maasculina ......................................................      7
B.     Organ Rproduksi Feminina ...........................................................      11
III. METODE PERCOBAAN ....................................................................    14
A.    Secara Makroskopis ........................................................................     14
B.     Secara mikroskopis .........................................................................     15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................    16
A.    Organ Reproduksi Maasculina ......................................................      17
B.     Organ Rproduksi Feminina ...........................................................      19
V.    PENUTUP ............................................................................................     22
      DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................      23
PENGUKURAN DAN PENENTUAN UMUR FOETUS  .............................   24
I.       PENDAHULUAN ................................................................................    25
II.    TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................    26
III. METODE PERCOBAAN .....................................................................   28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................  29
V.    PENUTUP ..............................................................................................   32
       DAFTAR PUSTAKA .................................................................................   33
PENGAMATAN PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM  ...........................    34
I.       PENDAHULUAN ..............................................................................      35
II.    TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................      36
III. METODE PERCOBAAN ...................................................................     39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................    49
V.    PENUTUP ............................................................................................     50
       DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................     51
PENGAMATAN MORFOLOGI SPERMA  ...................................................   52
I.       PENDAHULUAN ...............................................................................     53
II.    TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................     54
III. METODE PERCOBAAN ....................................................................    57
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................   58
V.    PENUTUP ............................................................................................     62
     DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................    63



PENGAMATAN ORGAN REPRODUKSI



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Organa Genetalia Masculina
1.1         Latar Belakang
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam individu yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi memiliki perbedaan pada jantan dan betina. Susunan organ reproduksi masculina pada umumnya terdiri dari:
1.         Organ reproduksi yang utama yaitu gonad atau testis
2.         Saluran organ reproduksi yang terdiri dari epididymis, vas deferens, ampula dan urethra. Kelenjar-kelenjar asesoris yaitu vesikularis, prostata dan bulbourethralis (Cowper) 
3.         Organ reproduksi luar yaitu penis, preputium dan skrotum.

1.2         Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagian, bentuk dan fungsi dari organ reproduksi secara mikroskopis dan makroskopis, mengetahui sel-sel yang membangun alat reproduksi, dan peran sel tersebut dalam rangka membantu fungsi reproduksi secara keseluruhan.
1.3         Manfaat
1.             Mahasiswa mampu mengamati struktur anatomi sistem reproduksi hewan jantan
2.             Mahasiswa mengetahui organ yang menyusun sistem reproduksi beserta fungsinya
3.             Mahasiswa mampu mengamati struktur mikroskopis dari reproduksi hewan jantan

B.            Organa Genetalia Feminina
1.1         Latar Belakang
Sistem reproduksi pada alat kelamin betina dibagi menjadi dua bagian, yaitu alat kelamin dalam dan luar. Alat kelamin dalam terdiri atas ovarium, tuba fallopi, kornua uteri, corpus uteri, serviks dan vagina. Sedangkan alat kelamin luar terdiri atas vulva, klitoris, vestibulum vaginae, dan kelenjar vestibulae.

1.2         Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagian dan bentuk dari organ reproduksi hewan betina secara mikroskopis dan makroskpis, mengetahui sel-sel yang membangun alat reproduksi yang ada, serta mengetahui fungsi dari bagian-bagian organ secara menyeluruh.
1.3         Manfaat
1.             Mahasiswa mampu mengamati struktur anatomi sistem reproduksi hewan betina
2.             Mahasiswa mengetahui organ yang menyusun sistem reproduksi beserta fungsinya
3.             Mahasiswa mampu mengamati struktur mikroskopis dari reproduksi hewan betina



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Organa Genetalia Masculina

Testis merupakan alat reproduksi primer bagi hewan jantan karena menghasilkan spermatozoo (jamak; spermatozoa). Testis berbentuk bulat panjang pada sapi, sumbu arah vertikal. Panjang testis sapi dewasa adalah 12 sampai 15 cm, diameter tengahnya 6 sampi 8 cm, dan beratnya 300 sampai 500 gr (Widayati et al., 2008).
Testis terletak diantara dua kantong seretal dan di bawah rongga fortuneal (abdominal) yang merupakan awal dari pertumbuhan. Pada mamlia jantan s berkembang dari peritoneal menembus saluran inguinal masuk kantung skroatal. (Lytle and John.2005)
Epididimis berbentuk bulat panjang dan melekat pada testis. Epididimis terbagi menjadi 3, yaitu caput (kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor). Caput epididimis menelungkupi testis. Epididimis berisi duktus, mulai caput berkelok-kelok rapat sekali. (Campbell.2004)
Duktus deferens terentang mulai dari cauda epididimis sampai ke uretra. Duktus deferens (vas deferens) adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari epididimis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatic (Frandson, 1992).
Uretra mempunyai fungsi menyalurkan sperma dan urin. Menurut letaknya uretra dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pars pelvina, pars bulbouretralis dan pars penis. Bagian belakang dari vesica urinaria terdapat colcullus seminalis. Bagian depannya adalah muara bersama dari ampula dan saluran kelenjar vesikularis (Widayati et al., 2008).
Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik. Penis membentang kedepan dari arcus ischiadicus pelvis sampai ke daerah umbilicus pada dinding ventral perut. Penis ditunjang oleh fascia dan kulit (Widayati et al.,  2008).
Penis dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu, glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus (Frandson, 1992).
Preputium adalah lipatan kulit di sekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara lapisan dalam menyerupai membrane mucose yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan ekskremitas bebas dari penis (Frandson, 1992).
Ejakulat mengandung spermatozoa dan cairan dari kelenjar aksesori yang terdiri dari sekreta epididimis dan kelenjar aksesori hewan jantan. Kelenjar aksesori mencakup bagian duktus deferens berkelenjar, glandula vesikulosa, glandula prostata, dan glandula bulbouretralis (Dellman, 1992).
2.2         Organa Genetalia Feminina

Sistem reproduksi pada betina terdiri dari dua buah ovarium, saluran kelamin dan alat penggantungnya. Ovarium merupakan alat kelamin betina yang bertanggung jawab atas diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan perkembangbiakan dari spesies. Ovarium juga sebagai kelenjar endokrin yang memproduksi hormon steroid yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri seksual betina sekunder dan mendukung kebuntingan (Hafez, 2000).
Ovarium dapat dibedakan dua daerah, yaitu daerah tepi ovarium disebut korteks dan daerah tengah ovarium disebut medulla. Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus luteum dan dilapisi oleh epitel permukaan. Terlihat berbagai bentuk sel telur yang sedang berkembang pada ovarium. Bentuk-bentuk tersebut berupa oogonium yang sedang tumbuh menjadi oosit primer, oosit sekunder dan sel telur (ovum). Ditemukan beberapa bentuk folikel, yaitu folikel primer, folikel sekunder dan folikel tersier. (Poernomo dkk., 2003).
Oviduct terdapat sepasang di kanan dan kiri, digantung oleh ligamentum mesosalpink, merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Merupakan saluran yang menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus (Lytle and john.2000)
Uterus memiliki dua kornua, satu korpus, dan satu servik. Tipe bentuk uterus sapi adalah tipe bipartitus yaitu hanya mempunyai satu servik uteri, korpus uterinya jelas dan panjang serta kedua koruna uteri dipisahkan oleh septum (Hafez, 2000).
Cervik merupakan otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina. Struktur cervik pada hewan mamalia dicirikan adanya penonjolan-penonjolan pada dindingnya dalam bentuk lereng-lereng transversal dan saling menyilang disebut cincin annuler. Cincin annuler ini sangat nyata pada sapi berjumlah empat buah yang dapat menutup rapat servik secara sempurna. Lumen servik selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Waktu birahi hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan masuk bagi semen (Ismudiono, 2010).
Vagina merupakan saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penumpahan semen dan juga merupakan jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus ( Tomaszewka et al, 2001).
Vulva merupakan alat kelamin luar yang terdiri dari labia mayora, labia minora, commisura dorsalis dan ventral dan clitoris. Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh muara uretra externa, orificium uretra externa, dan sering pula oleh lereng hymen . Posterior dari muara uretra pada lantai vestibulum terdapat suatu kantong buntu, diverticulum sub uretralis, yang ditemukan pada sapi, domba dan babi (Feradis, 2010).
Clitoris homolog dengan gland penis pada hewan jantan, berlekasi pada sisi ventral. Sekitar 1 cm di dalam labia. Clitoris mengandung erectile tissue sehingga dapat berereksi. Juga banyak mengandung ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Clitoris bereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan spesies (Widayati et all., 2008).



BAB III
METODE PERCOBAAN
A.           Pengamatan Secara Makroskopis

3.1    Alat dan Bahan

1.             Baki alumanium
2.             Pinset
3.             Organ genetalia sapi jantan dan betina

3.2    Cara Kerja

·               Preparat organ genetalia yang akan amati dikeluarkan dari dalam stoples yang telah diberi formalin. Kemudian dibersihkan dengan air agar baunya tidak menyengat.
·               Setelah itu preparat alat kelamin diletakkan kedalam baki alumanium.
·               Lalu amati bagian – bagian dari alat kelamin tersebut dan gambarkan.



B.            Pengamatan Secara Mikroskopis

3.1         Alat dan Bahan

1.             Mikroskop
2.             Praparat awetan ovarium, oviduct dan uterus
3.             Sediaan awetan tubulus seminifirus dan ductus epidydimis

3.2    Cara Kerja

·                Amati dengan menggunakan mikroskop.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil

Dari hasil pengamatan terhadap organ genetalia sapi dari golongan ruminansia maka dapat diketahui organ-organ kelamin hewan tersebut memiliki bagian-bagian, yaitu :
·                Organ genetalia masculina alat kelaminnya terdiri atas dua buah testis yang terdapat didalam skrotum, epididymis, ductus defferent, glandula accessories, dan penis.
·                Organ genetalia feminina  adalah ovarium, tuba uterina, vagina, dan vulva.
A.      Organa Genetalia Masculina Sapi
B.       Organa Genetalia Feminina Sapi







4.2         Pembahasan
4.        Organ Genetalia Masculina

Testis terdapat sepasang berbentuk bulat telur, menghasilkan sperma dan terletak di dalam scrotum. Pada testes terdapat canalis inguinalis dan scrotum yang berfungsi sebagai termoregulator.
Epididymis terletak di sebelah medial testis, melengkung dari cranial ke sepanjang testes terdiri dari :
1.             Caput Epidemis, bagian oranial berasal dalam mesonephros yang dilewati oleh spermatozoa yang berasal dari testis dan bermuara ductuli efferent.
2.             Corpus epididymis terletak pada bagian tengah yang ada pada bagian posterior testis.
3.             Caudal epididymis terletak pada bagian caudal yang dipergunakan untuk menyimpan spermatozoa serta tempat pematangan spermatozoa.

Ductus deferens merupakan lanjutan dari cauda epididymis yang berjalan ke cranial meninggalkan scrotum melalui canalis inguinalis masuk kedalam rongga perut melalui sebelah dorsal vesicaurinaria. Ductus deferens berjumlah sepasang, saluran ini berdinding otot tebal sehingga berupa tali dan terasa kenyal, serta menyalurkan spermatozoa dari cauda epididymis ke uretra.
Penis adalah alat kopulasi atau sebagai alat pendeposit sperma pada organ kelamin betina. penis terdiri dari dua tipe yaitu:
1.             Fibroelastis, yaitu bentuknya kecil, panjang, waktu ereksi keras tapi tidak begitu membesar cavernosanya sedikit. Pada waktu tidak ereksi melengkung membentuk huruf ”S” disebut flexura sigmoidea.
2.             cavernosus (vascular), yaitu bentuknya pendek, waktu ereksi membesar karena banyaknya caverna, tapi tidak begitu  keras.
Caverna ini memiliki beberapa bagian, yaitu :
2.             Corpus cavernosum yang mempunyai rongga yang berisikan darah guna melakukan erectio pada waktu copulasi,ini sepasang.
3.             Corpus cavernosum uretra ; tunggal, berjalan di ventral dari corpus cavernosum penis, ujung penis membesar dan membentuk gland penis, di tengahnya ditembusi oleh uretra yang berakhir di ujung cranial penis.
4.             Prepotium ; merupakan selubung bagian ujung anterior penis. Selubung ini berupa suatu lipatan kulit, selaput lendirnya berkelenjar, dan sekresinya bersifat lemak. Sekresi kelenjar ini berbau rangsang & dan disebut smegma praeputil.









5.        Organ Genetalia Feminina
Vulva atau disebut juga dengan vestibulum vagina atau sinus urogenitalia. Bagian luar vulva disebut labia, dan dibagi atas labia mayor (bagian luar) dan labia minor (bagian dalam). Vagina merupakan saluran yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar disebut vestibulum dan bagian dalam disebut vagina. Kedua bagian itu dibatasi oleh orificium uretra eksterna. Antara vagina dan veatibulum terdapat suatu lipatan mukosa berbentuk bulan sabit, disebut dengan hymen.
Vagina berfungsi sebagai tempat penumpahan semen ketika kopulasi, dan sebagai tempat jalan keluarnya foetus dan plasenta ketika kelahiran.
Setelah dari vagina masuk ke cervix  uteri, yang berfungsi sebagai tempat lewatnya foetus ketika proses kelahiran dan berfungsi untuk melindungi foetus dari bakteri atau kuman ketika masa kebuntingan dan selama masa estrus cervix terbuka sedikit untuk memungkinkan lewatnay spermatozoa. Kemudian menuju ke  corpus uteri. Korpus uteri berfungsi sebagai tempat berkembang dan tumbuhnya foetus. Lebih kedalam lagi kita temui cornua uteri cornua uteri terletak diruang abdomen, biasanya tertekan diotot-otot sublumbalis oleh usus yaitu caecum. Uterus diklasifikasikan menjadi  beberapa tipe yaitu : simplex, duplex, bicornua, dan bipartiti.



Oviduct atau tuba Fallopi terdapat sepasang pada mamalia tetapai pada unggas hanya oviduct sebelah kiri yang berkembang. Pada mamalia, oviduct dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu infundibulum, yang berfungsi untuk mengangkut oosit setelah fertilisasi. Pada saat ovulasi, fimbre menangkap langsung oosit yang diovulasikan kearah infundibulum. Ampulla, merupakan daerah pada oviduct yang relatif lebih luas. Daerah ini merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Isthmus, adalah bagian tersempit pada oviduct yang terletak diantara ampulla dan cornua uterus.
Ovarium yang berjumlah sepasang, terletak sebelah caudal ren. Ovarium merupakan kelenjar ganda karena menghasilkan ovum (sel telur) dan hormon. Berfungsi sebagai alat tubuh yang memproduksikan sel kelaminbetina dan hormon. Sebagian besar ovarium ditutupi oleh peritoneum.
BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan

1.             Organa genetalia masculina terdiri dari : testes, epididymis, ductus defferent, ductus ejakulatorius, uretra dan penis.

2.             Organa genetalia masculine terdiri dari : ovarium, oviduct, uterus, vagina dan vagina.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N A. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta Delliman, H Dieter. 1992. Textbook of Veternary Histology
Dellman, H. Dieter., Esther M. Brown. 1992. Histology Veteriner. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson, R.D.1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E., B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. Philadelphia : USA
Ismudiono. 2012.Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Surabaya : universitas Airlangga Press
Lytle, Charles, John R. Meyer (I). 2005. General Biology New York,Mc. Graw Hill Higher Education
Mozes R. Toelihere. 1985. Ilmu kebidanan pada ternak sapi dan kerbau. Penerbit UI: Jakarta
Poernomo., Hanani, N.A.R., J.T. Ibrahim. 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Lappera Pustaka Utama: Yogyakarta.
Tomaszewska., Kim et al. 2001. Mikrobiologi Organik. Pustaka Utama: Jakarta.
Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Handout Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta



PENGUKURAN DAN
PENENTUAN UMUR
FOETUS



BAB I
PENDAHULUAN

1.             Latar Belakang
Foetus (janin) berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Foetus dapat diartikan "bibit muda, kandungan". Foetus sapi berada pada salah satu kornua, sedangkan kornua yang lain tetap kecil. Terdapat dua cara untuk mengukur panjang foetus, yaitu :
a.             Curved Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur panjang tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai.
b.             Straight Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inil yang sering digunakan.
2.             Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui panjang dan berat foetus pada masa kandungan.
3.             Manfaat
Mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan prenatalis pada sapi dimulai sejak terjadinya konsepsi yakni saat pertemuan sel telur betina dengan sel jantan, bersatunya sel jantan dan sel telur tadi mengasilkan calon individu baru di dalam kandungan yang disebut embrio atau foetus. Pada awal kebuntingan pertumbuhan foetus berjalan sangat lambat, sedangkan pada akhir kebuntingan pertumbuhan berlangsung sangat cepat. Foetus, hampir 2/3 bagian bagian pertumbuhan hanya berlangsung 1/3 dari dari seluruh waktu yang digunakan dalam kandungan  (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Periode kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran individu dan pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan foetus. Periode ovum atau blastula berlangsung 10 – 12 hari, selak waktu pembuahan yang biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode embrio/foetus atau organogenesis berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan. (Barnes, Waikel Villee. 1984)
Selama periode ini, organ dan system utama tubuh berbentuk dan terjadi perubahan- perubahan dalam bentuk tubuh sehingga pada akhir periode ini spesies embrio/foetus tersebur dapat dikenal. (Anonim. 2006)
Periode foetus dan pertumbuhan foetus berlangsung dari hari ke-45 masa kebuntingan sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan- perubahan kecil dalam diferensiasi organ, temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan pematangan individu antenatal. Selama periode ini caruncel dan cotyledon berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat foetus dari hari ke-120 sampai hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari pada pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi tulang dimulai, dan perubahan- perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran kaki. (Patten, M. Bradley. 1964)
Pada masa akhir kebuntingan anak ternak yang normal telah berkembang sedemikian rupa sehingga ia sanggup hidup di lingkungan cairan dan saluran pencernaan serta saluran pernafasannya siap untuk mulai fungsi dan tanggung jawabnya. Selama minggu- minggu pertamanya kehidupan di luar uterus terjadi suatu penyesuaian fisiologik anak ternak yang memerlukan perhatian khusus dari peternak untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhan optimum dari ternak yang baru lahir. (Toelihere, R. Mozes. 1985)



BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1         Alat dan Bahan
1.      Baki alumunium
2.        Penggaris
3.        Pinset
4.        Foetus sapi atau kambing yang telah diawetkan

3.2         Cara Kerja

·                Foetus yang telah disediakan dikeluarkan dari dalam stoples dan diletakkan di atas baki alumunium
·                Dilakukan pengukuran dengan cara CC-R dan SC-R
·                Pengukuran CC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk kurva sampai forehead
·                Pengukuran SC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara ini yang sering digunakan
·                Catat hasil pengukuran



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil
Dari hasil pengukuran foetus sapi maka diperoleh hasil sebagai berikut
·                dengan cara CC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 42cm
·                dengan cara SC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 38cm

Tabel Hasil Pengukuran
Metode
Umur
Panjang
Tubuh
(cm)
Panjang
Ratio
Panjang
Ratio
Kepala
Tubuh
Kepala
Tubuh
Kaki depan
Kaki belakang
Kaki depan
Kaki belakang
CC-R

5 Bulan
34
13,2
20,8
1
3
15
18
5
6
SC-R

5 Bulan
30
7,6
22,4
1
4
11,5
11,8
1
1













4.2         Pembahasan

Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 42 cm dengan tekhnik CC-R dan 38cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :
UMUR
(bulan)
PANJANG
(cm)
BERAT
(g)
SIFAT FETAI/PLASENTA
1
0,8-1
0,3-0,5
Pucuk kepala dan kaki jelas, plasenta belem bertaut
2
6-8
10-30
Pucuk teracak, skrotum kecil, plasenta terpaut
3
13-17
200-400
Rambut pada vivir, dagu, dan kelopak mata, skrotum pada jantan
4
27-32
1000-2000
Teracak, berkembang warna kuning, ada legok bakal tanduk
5
30-45
3000-4000
Rambut pada alis, bibir, testes dalam skrotum, puting susu
6
40-60
5000-10000
Rambut dibagian dalam telinga, sekeliling legok tanduk, ujung ekor, dan moncong
7
55-25
8000-18000
Rambut pada meta tarsal, meta carpal phalanx dan punggung, rambut panjang pada ekor
8
75-85
15000-25000
Rambut pendek, halus diseluruh tubuh
9
20-100
20000-50000
Rambut panjang sempurna diseluruh tubuh, gigi seri normal, foetus besar

Semakin bertambahnya usia kehamilan, makin bertambah pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa kehamilan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per “litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor maternal.



BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
·                foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi tersebut berumur 6 bulan dan beratnya 5-8 kg
·                kontribusi maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal
·                posisi foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh komposisi antara sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. http://www.pjms.com.pk/issues/octdec06/pdf/fetal_biometry.pdf. Fetal Biometry. Di unduh pada 10 Mei 2012.
Anonim . 2009. Reproduksi Hewan. Http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/biologi-umum/reproduksi-ambriologi-hewan. diakses tanggal 05 Mei 2012 jam 8.51 WIB
Barnes, Waikel Villee. 1984. Zoologi Umum Edisi Keenam Jilid I. Erlangga :Jakarta.
Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gunawan, Kosasih. 1981. Embriologi Kedokteran Terjemahan dari Text Book of Medical Embriology. EGC: Jakarta.
Patten, M. Bradley. 1964. foundation of Embriology. Mc. Graw – Hill Book Company : New York.
Sudarmono, A.S dan Sugeng, Y.B. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya: Jakarta.
Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapid an Kerbau. Universitas Indonesia : Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Y, Sudarmono. 2008. Sapi Potong.  Penebar Swadaya Wisma Hijau: Bogor



PENGAMATAN PERKEMBANGAN
EMBRIO AYAM



BAB I
PENDAHULUAN

1.             Latar Belakang
Perkembangan embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan kerabang telur. Itulah penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion dan alantois. Pola dasar  perkembangan embrio ayam yaitu melalui tahapan pembelahan, morula, blastula,gastrula.

2.             Tujuan
a.              Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
b.             Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio.

3.             Manfaat
1.             Agar kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentuan  organ pada berbagai umur embrio ayam.
2.            Agar kita dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk bakal   organ
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-lipatan tubuh sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio. Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini, dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).
Pada ayam sel telur yang sebenarnya hanya terdiri atas kuning telur dan di sisi satunya lagi sebuah daerah sitoplasma tipis dan sebuah nucleus. Fertilisasi terjadi dalam sebuah oviduk, dan albumim serta cangkang disekresikan sebagai lapisan tambahan oleh kelenjar-kelenjar khusus saat telur bergerak menuruni oviduk, tahapan-tahapan blastula dan grastula terjadi saat telur masih berada dalam oviduk. (Fried, 2002)
Pada ayam betina terdapat sepasang ovary, hanya yang dextrum mengalami atropis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovary menjulur oviduk panjang berkelok-kelok, berlibang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong, lubang oviduk itu disebut ostium abdominalis. Dinding tubuh oviduk tersusun atas musculus dan ephiitelium yang bersifat glandular, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen (putih telur), membrane tipis di sebelah luar albumen, dan cangkok yang berbahan zat kapur yang disebut oleh kelenjar disebelah caudal. (Jasin, 1992)
Proses morfogenetik yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel blastula secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan dengan kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler yang sama menggerakkan pengaturan spasial embrio ini. Mekanisme seluler yang umum tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam bentuk sel dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel lain dan ke molekuler matriks ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah beberapa sel dekat permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini akan mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula (Campbell, 1987).
Menurut anonim (2008), berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan dikelompokkan menjadi:
1.             Hewan diploblastik    : Memilki 2 lapisan embrional, ectoderm dan endoderm.
2.             Hewan triploblastik    :  Memilki tiga lapisan embrional yakni:
a.              Triploblastik aselomata : tak memilki rongga tubuh
b.             Triploblastik pseudoselomata : memilki rongga tubuh yang semu
c.              Triploblastik selomata : memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya, yaitu basil pelipatan mesoderm

Tahap neurula ayam nirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keeping neural, lipatan neural, dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk neurula. Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ectoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan embio ayam pada berbagai umur inkubasi merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis (Tim Dosen UNM, 2008).



BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1         Alat dan Bahan
·                Incubator
·                Scalpel
·                Bak kaca / plastic
·                Pinset
·                Cawan Petri
·                Telur ayam yang sedang dieramkan dengan incubator

3.2         Cara Kerja
1.        Sediakan telur ayam yang akan ditetaskan secukupnya, guna melihat perbedaan diantaranya. Dimasukkan kedalam incubator dengan suhu 101ºF
2.        Pada waktu pengamatan, telur dipecahkan 2 sampai 3 butir untuk melihat perbedaan embrio telur tersebut.
3.        Telur yang akan diamati, dipecahkan dengan scalpel dan dituangkan isinya kedalam cawan Petri. Diamati perubahan yang terjadi setiap hari yang ditentukan.
4.        Pada hari selanjutnya perhatikan perubahan atau pembentukan telur tersebut mulai hari pertama sampai menetas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil
Hari Pertama
Tedapat lempengan embrio, area opaca, dan zona pelusida. Terdapat pada cincin yang berwarna lebih gelap disekitarnya. Terdapat pula primitive streak yaitu suatu bentuk memanjang yang akan menjadi tulang punggung.


Hari kedua
Mulai terbentuknya jantung, hati dan darah. Terdapat membran vitelin yang memiliki peranan utama dalam nutrisi embrio. Saat ini adalah saat yang kritis dari kehidupan embrio, sebab saat itu jantung mulai berdetak. Peredaran darah dimulai, dengan Kerja sama antara
kantung darah dengan kantung selaput kuning telur. Selain itu terdapat pula putih telur, kalaza, area opaka, zona pelusida, dan kuning telur.
Hari Ketiga
pertumbuhan pada masa ini bentuk dan letak jangtung sudah mulai tegambar. Kaki dan sayar sudah mulai terbentuk dan berkembang. Pada saat ini embrio sudah mulai berputar.


Hari kelima
Pada hari kelima embrionya sudah tampak jelas. Sedikit demi sedikit  anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak didalam
amnion dan pembuluh sudah semakin banyak.



Hari kedelapan
Perkembangan yang terjadi yaitu mata mulai terbentuk dan membesar, tulang punggung sudah mulai mengeras, dan dan bulu-bulu halus sudah mulai tampak.


Hari kesepuluh
Pada hari kesepuluh foliket-folikel bulu sudah mulai tumbuh. Sudah terjdi pembentukan darah di dalam tubuh yaitu di sum-sum tulang belakang. Bentuk kaki sudah mulai terbayang dan terlihat.

Hari kesebelas
Pada hari kesebelas paruh dan tengkorak sudah mulai mengeras. Pasa saat ini alantois sudah mulai mencapai ukuran yang maksimum. Dalam kantung selaput kuning telur tampak samar-samar alat pencernaan.

Hari ketiga belas
Pada hari ketigabelas, perkembangan yang telihat yaitu sayap dan kaki mulai terlihat jelas. Terdapat bulu, sisik dan kuku sudah mulai terlihat. Alat tubuh mulai terlihat. Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois.

Hari keenam
Pada hari keenam belas, perkembangan yang terjadi bentuk kepala menuju normal dan posisi embrio telah sejajar dengan poros memanjang bentuk telur. Kuning telur membeku, sedangkan putih telur sudah terserap dan tinggal sedikit. Telinga, mata, dan ekor menuju
kearah sempurna. Sistem ginjal mulai memproduksi urates (garam dari asam urat).



Hari ketujuh belas
Pada hari ketujuh belas, albumin sudah terserap habis. Selain itu bentuk kepala normal demikian juga dengan mata, ekor, sayap, dan kaki. Bulu sudah menutupi seluruh permukaan tubuh dan paruh mengarah kekantung udara.


Hari kesembilan belas
Pada hari kesembilan belas, paruh sudah mulai mengarah ke atas menuju rongga udara dan siap untuk mematuk kerabang telur. Kerabang telur juga sudah mulai rapuh. Pernafasan dengan paru-paru sudah mulai berlangsung.





Hari kedua puluh
Perkembangan pada hari ini yaitu semua kuning telur sudah terserap habis ke dalam tubuh. Saluran pernafasan sudah sangat sempurna. Embrio sudah mulai memenuhi rongga telur keciali pada rongga udara.


5.2         Pembahasan

Secara umum telur terdiri dari 5 bagian, yaitu secara berurutan dari luar, selaput kerabang, kerabang, germinal, kuning telur dan putih telur. Untuk melihat mutu telur yang baik harus diperhatikan beberapa hal antara lain, kebersihan kerabang, bentuk dan berat, ukuran, kondisi (kasar, licin dan keretakan), indeks kuning telur, kekentalan albumin dan ketebalan albumin. Semakin tinggi nilai HU, kebersihan kerabang dan kelicinan maka semakin lama daya simpan dan kelayakan konsumsi dari kuning telur tersebut.
Menurut fungsinya saluran telur dibagi menjadi 5 bagian yaitu corong/infundibulum, magnum yang menghasilkan albumin kental, istmus yang mengeluarkan selaput kerabang, uterus /kelenjar kerabang, vagiana yaitu liang menuju kloaka.
Kerabang atau kulit telur merupakan pembungkus luar yang kuat untuk melindungi seluruh isi didalamnya. Telur selama proses pembentukannya paling lama tinggal dalam kelenjar kerabang, yaitu selama 19-20 jam.
Tahap-tahap perkembangan pada embrio adalah tahap mefalla, blastula, dan gastrula sampai primitive strek, tahap ini disebut embryogenesis. Sejak hari keenam foetus telah diselubungi oleh placenta foetalis yang didalamnya terdapat cairan amnion, fungsinya :
a.             Mencegah embrio dari kekeringan dan juga tempat berenangnya foetus untuk mempermudah gerakan serta memposisi.
b.             Melindungi foetus dari benturan-benturan dari luar.
c.              Mempermudah pada saat penetasan.
d.             Menyerap albumin.

Kuning telur semakin lama semakin habis karena diserap sebagai cadangan makanan mulai embrio berumur 24 jam sampai hari ke-18 sampai ke-20. Albumin emakin lama semakin berkurang tepapi hasil praktikun pada hari ke-15 tersebut masih dijumpai dan pada hari ke-19 baru habis. Ini disebabkan oleh :
1.             Faktor kandungan telur itu sendiri atau ketidakbaikan yang dibawanya.
2.             Faktor genetik yang dibawanya.
3.             Faktor penyerapan dari amnion.
4.             Faktor penyerapan dari amnion lambat.
5.             Faktor lingkungan (incubator).

Atlantois berasal dari kantong yang berhubungan dengan usus embrio (tangkai atlantois) dan behubungan dengan yolk stlak, fungsinya
1.             Tempat pembuangan sisa metabolisme.
2.             Sebagai paru-paru foetalis.
3.             Membentuk funiculus umbilicalis melalui atlanto chorion membrane.

Chorion bersama-sama dengan amnion berkembang sebagai cripta dari somatopleura yang selanjutnya berkembang menjadi chorion yang fungsinya sebagai tempat tumbuhnya villi-villi yang merupakan bagian dari placenta fotalis. Perbedaan telur ayam kampung mempengaruhi masa perkembangan embrio ayam.
Putih telur terdiri atas protein, terutama lisosin, yang memilki kemampuan antibakteri untuk membantu mengurangi kerusakan telur. Telur utuh terdiri dari beberapa komponen yaitu air 66% dan bahan kering 34% yang tersusun atas protein 12%, lemak 10%, karbohidrat 1% dan abu 11%. Di dalam bahan kering terdapat kandungan protein, lemak dan abu, yang hamper sama banyak, yang paling sedikit adalah karbohidrat. Kuning telur adalah salah satu komponen tang mengandung nutrisi terbanyak dalam telur. Kuning telur mengandung air sekitar 48% dan lemak 33%.
Ukuran telur untuk setiap ayam sangat bervariasi. Berat telur terdiri atas jumlah berat dari setiap bagiannya. Oleh sebab itu apapun yang mempengaruhi berat dari setiap bagian akan mempunyai pengaruh terhadap berat telur secara keseluruhan. Ukuran kecil dari telur ayam dara yang baru pertama kali bertelur sebagian dipengaruhi oleh ukuran kuning telur yang kecil serta jumlah albumin yang kurang.



BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
·                Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu:
o    Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk.
o    Fase perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk
·                Periode inkubasi normal pada telur ayam adalah 15 hari
·                Perkembangan embrio sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu
·                Perkembangan embrio pada hari kedua pengeraman, pertumbuhannya meliputi tahap-tahap berikut:
o    Morulasi
o    Blastulasi
o    Gastrulasi
·                pertumbuhan embrio semakin mendekati kesempurnaan pada saat albumin dan kuning telur menjadi sedikit, disebabkan oleh penyerapan embrio sendiri sabagai cadangan makanan anak ayam yang baru menetas.
·                Rongga udara yang terdapat di bagian tumpul disetiap telur akan semakin bertambah luas sebab air dalam telur sewaktu proses lncubasi akan terusberkurang dengan cara menguap lewat dinding kulit telur
·                Pada hari kesembilan belas hampir sepertiga bagian menjadi rongga udara.
·                Ketentuan bagi sebutir telur untuk ditetaskan adalah:
o    Telur yang dihasil kan oleh betina yang telah dibuahi.
o    Permukaan kulit telur licin dan rata.
o    Kerabang telur tidak terlalu tebal dan tipis
·                Albumin merupakan kantung udara bagi embrio sehingga ia dicerna oleh allantois dan diserap oleh amnion yang menyebabkan udara bisa digunakan oleh embrio



DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan.Jurusan Biologi FMIPAUNM: Makassar
Anonimus. 2008. Pertumbuhan pada Hewan. http://www. Praweda.co.id. Diakses pada tanggal 06 Mei 2012.
Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Fried, G. 2002. Biologi Edisi ke II. Erlangga : Jakarta.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya : Surabaya.
Msi., Drh.Erdiansyah Rahmi.2007. EMBRIOLOGI. DPA SKPD : Banda Aceh
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Fakulatas Biologi. UGM : Yokyakarta.
Sukra, Yuhara. 1975. PENGANTAR KULIAH EMBRIOLOGI I. Proyek Peningkatan Mutu PT. IPB.
Tim Dosen UNM, 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Universitas Negeri Makassar.
Yatim, Wildan. 1976. Embriology. Tarsito : Bandung.






PENGAMATAN
MORFOLOGI SPERMA
BAB I
PENDAHULUAN

1.             Latar Belakang
Sperma adalah sel haploid yaitu gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.

2.             Tujuan
Melalui kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai mendeskripsikan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu dengan yang lainnya dan mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.

3.             Manfaat
Agar setelah diadakannya praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan bagian-bagian sperma dan perbedaan morfologinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi jantan. Sel tersebut mempunyai kepala, leher dan ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis. (WHO, 1992)
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia primitif berkumpul di tepi membrane basal. Spermatogonia bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli mempunyai membran yang kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan sisi, sehingga dapat membentuk lapisan pertahanan yang mencegah peneterasi dari kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus. Spermatogonia yang akan menjadi spermatozoa dapat menembus lapisan pertahanan. (Ollero M, dkk 2001)
Proses berikutnya ialah pembelahan secara meiosis. Spermatogonium yang masuk ke dalam lapisan sel-sel Sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk suatu spermatosit primer. Spermatosit primer membelah menjadi spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis kedua terjadi, di mana kedua kromatid dari 23 kromosom berpisah pada sentromer, membentuk dua pasang 23 kromosom (Ollero M, dkk, 2001)
Berikutnya setelah tahap pembelahan meiosis, setiap spermatid kembali di modifikasi oleh sel-sel Sertoli secara mengubah spermatid perlahan-lahan menjadi suatu spermatozoa dengan cara menghilangkan beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan kromatin dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala spermatozoa yang padat, dan mengumpulkan sisa sitoplasama dan membran sel pada salah satu ujung dari sel untuk membentuk ekor. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala, dan ekor.(Ollero M dkk, 2001)
Kepala spermatozoa terdiri atas sel berinti dengan sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar terdapat selubung akrosom yang dibentuk dari alat Golgi. Akrosom ini mengandung enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada lisosom pada sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat kuat. Enzim-enzim tersebut mempunyai peranan penting dalam hal memungkinkan sperma untuk membuahi ovum. Ekor spermatozoa atau flagellum, memiliki 3 komponen utama, yaitu: rangka pusat, membran sel, dan sekelompok mitokondria yang terdapat pada proximal dari ekor. (Nallella KP, dkk, 2005)
Tahap pengubahan akhir dari spermatosit menjadi spermatozoa terjadi ketika spermatid terdapat pada lapisan sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli memelihara dan mengatur proses spermatogenesis.  (Aitken RJ, dkk, 1995)
Setelah terbentuk sperma di dalam tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis.. Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil, dan tidak dapat membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis setelah beberapa lama, sperma akan memiliki kemampuan motilitas, walaupun beberapa faktor penghambat protein dalam cairan epididimis masih mencegah motilitas yang sebenarnya sampai setelah terjadi Ejakulasi. (Wolff H. 1995).



BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1         Alat dan Bahan
·                Mikroskop
·                Objek glass
·                Bak kaca / plastic
·                Cover glass
·                Sperma ayam dan sperma tikus

3.2         Cara Kerja
·                Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis,epididimis,atau vas deferen.
·                Jika cairan tersebut pekat larutan NACLfisiologis,teteskan cairan pada objek glass yang bersih.kemudian dengan objek glassyang lain dioles setipis mungkin.
·                Fiksasi dengan menggunakan Mercuric-acid,Bouin,Flemmings weak solution atau bahan fiksasi lain yang sesuai dengan cara meneteskan permukaannya dengan fiksatif atau dapat juga dengan meletakkannya dalam cairan fiksatif.Biarkan 10-30 menit ,cuci dengan cara yang sesuai.Warnai dengan Iron hematoxilin,Alum hematoxilin dan Eosin.
·               Dehidrasi dengan balsam Canada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

o      Hasil
a.              Sperma Ayam








b.             Sperma Tikus







4.1         Pembahasan
Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu Head, acrosome, midpiece, tail, end piece.  Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece, ekor atau end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa.


Morfologi Spermatozoa yang normal terbagia atas bagian kepala, bagian tengah yang pendek (midpiece) dan bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat sebagai contoh yaitu morfologi spermatozoa pada mencit.



Perbesaran 800x (Wyrobek and Bruce, 1975).
 (a) spermatozoa normal, (b) pengait salah membengkok, (c) sperma melipat, (d) kepala terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan, (g) tidak ada penggait, (h) sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, (i) kepala tidak berbentuk. 

a.         Head
Menentukan bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati. Kutub anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik, misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam hyaluronic, dan acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus dinding zona pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona pellucida agar spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik
b.         Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala dan badan, berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
c.         Flagelum
Pusat badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan Sembilan pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka di kelilingi oleh Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal yang berhubungan dengan serabut penhubung.  Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir berbentuk cincin yang menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor utama.
d.        Tail
Tail merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk semisiskular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor utama.
e.         End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas susunan Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap berkurang menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa permukaan



BAB V
PENUTUP

5.1         Kesimpulan
·                Spermatozoa tampak memiliki dua bagian utama yakni kepala dan ekor.
·                Dengan menggunakan mikroskop electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian leher(neck piece),badan(midlle piece),ekor utama(principal piece),dan ujung ekor(and piece).
·                Spermiogenesis adalah suatu proses dimana spermatic berdiferensiasi menjadi spermatozoa meliputi sejumlah transformasi inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.



DAFTAR PUSTAKA

Aitken RJ, Buckingham W, Brindle J, Gomez E, Baker HWG, Irvine DS. 1995. Analysis of sperm movement in relation to the oxidative stress created by leukocytes in washed sperm preparations and seminal plasma. Hum Reprod
Arsyad, K.M., L. Hayati. 1994. Penuntun Laboratorium Semen Manusia dan Interaksi Sperma-Getah Servik. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Sriwijya
DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997. Seri Skema Diagnositis dan Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994. Histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya) Binarupa Aksara. Jakarta.
Nallella KP, Sharma RK, Allamaneni SSR, Agarwal A. 2005. Identification of male factor infertility using a novel semen quality score and reactive oxygen species levels. Clinics.
Ollero M, Gil-Guzman E, Lopez MC, Sharma RK, Agarwal A, Larson K, et al. 2001. Characterizations of subsets of human spermatozoa at different stages of maturation: implications in the diagnosis and treatment of male infertility. Hum Reprod.
World Health Organization. 1992. Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen. Edisi ke-3. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Wolff H. 1996. Fertil Steril. The Biologic Significance of White blood Cells in Semen.

1 komentar:

  1. Numpang promosi!!!!
    Ayo gabung,, untuk pengguna android!!!!
    Ada aplikasi Android baru ini agan-agan!!! Dan juga sangat bermanfaat sebagai penghasilan sampingan dengan kode update yang baru.

    Ada bukti PO-nya juga lho!!! Search di google.com
    Adek
    Langsung aja :
    1. Download aplikasi "WHAFF REWARD" langsung dari hp android kamu di playstore dan kemudian instal terus di jalankan.
    2. Tunggu hingga muncul gambar.
    Nb: jika ada tulisan koneksi error muat ulang kembali.
    3. Setelah itu pilih tulisan masuk, ada di bagian atas kanan dari app tersebut.
    4. Masuk atau login menggunakan "facebook" langsung di oke.
    5. Pastikan ada tulisan "enter invite code" masukkan kode terbaru dan ter update "BA82665" (tanpa tanda petik) selanjutnya tekan oke.
    Nb: jika tidak masukkan kode di atas tidak akan langsung mendapatkan $0,30
    6. Akun langsung mendapat $0,30, bisa di cek di pojok kanan atas.

    Ayo buruan gabung.!!!
    Terbukti membayar
    Jangan lupa kodenya yang paling baru "BA82665" tanpa tanda petik.

    BalasHapus