LAPORAN
PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI
|
|
NAMA : CUT SHAVRINA DEVINTA FAUZI
NIM : 1102101010043
|
|
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2012
|
LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
NAMA :
CUT SHAVRINA DEVINTA F
N
I M : 1102101010043
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2012
DAFTAR ISI
COVER
......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI
................................................................................................. 3
PENGAMATAN
ORGAN REPRODUKSI .................................................. 5
I. PENDAHULUAN
............................................................................... 6
A. Organ
Reproduksi Maasculina ...................................................... 6
B. Organ
Rproduksi Feminina ........................................................... 7
II. TINJAUAN
PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Organ
Reproduksi Maasculina ...................................................... 7
B. Organ
Rproduksi Feminina ........................................................... 11
III. METODE PERCOBAAN
.................................................................... 14
A. Secara
Makroskopis
........................................................................ 14
B. Secara
mikroskopis
......................................................................... 15
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN ........................................................... 16
A. Organ
Reproduksi Maasculina ...................................................... 17
B. Organ
Rproduksi Feminina ........................................................... 19
V.
PENUTUP
............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23
PENGUKURAN
DAN PENENTUAN UMUR FOETUS
............................. 24
I. PENDAHULUAN
................................................................................ 25
II. TINJAUAN
PUSTAKA ....................................................................... 26
III. METODE PERCOBAAN
..................................................................... 28
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN ............................................................. 29
V.
PENUTUP
.............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................. 33
PENGAMATAN
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM ........................... 34
I. PENDAHULUAN
.............................................................................. 35
II. TINJAUAN
PUSTAKA ..................................................................... 36
III. METODE PERCOBAAN
................................................................... 39
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN ........................................................... 49
V.
PENUTUP
............................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................... 51
PENGAMATAN
MORFOLOGI SPERMA
................................................... 52
I. PENDAHULUAN
............................................................................... 53
II. TINJAUAN
PUSTAKA ...................................................................... 54
III. METODE PERCOBAAN
.................................................................... 57
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN ............................................................ 58
V.
PENUTUP
............................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................. 63
PENGAMATAN ORGAN REPRODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Organa
Genetalia Masculina
1.1
Latar
Belakang
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi
organ dan zat dalam individu yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi
memiliki perbedaan pada jantan dan betina. Susunan organ reproduksi
masculina pada umumnya terdiri dari:
1.
Organ reproduksi yang utama yaitu gonad atau testis
2.
Saluran organ reproduksi yang terdiri dari epididymis,
vas deferens, ampula dan urethra. Kelenjar-kelenjar asesoris yaitu vesikularis,
prostata dan bulbourethralis (Cowper)
3.
Organ reproduksi luar yaitu penis, preputium dan
skrotum.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagian, bentuk dan fungsi dari organ
reproduksi secara mikroskopis dan makroskopis, mengetahui sel-sel yang
membangun alat reproduksi, dan peran sel tersebut dalam rangka membantu fungsi
reproduksi secara keseluruhan.
1.3
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu mengamati struktur anatomi sistem
reproduksi hewan jantan
2.
Mahasiswa mengetahui organ yang menyusun sistem
reproduksi beserta fungsinya
3.
Mahasiswa mampu mengamati struktur mikroskopis dari
reproduksi hewan jantan
B.
Organa
Genetalia Feminina
1.1
Latar
Belakang
Sistem reproduksi
pada alat kelamin betina dibagi menjadi dua bagian, yaitu alat kelamin dalam
dan luar. Alat kelamin dalam terdiri atas ovarium, tuba fallopi, kornua uteri,
corpus uteri, serviks dan vagina. Sedangkan alat kelamin luar terdiri atas
vulva, klitoris, vestibulum vaginae, dan kelenjar vestibulae.
1.2
Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk mengetahui bagian dan bentuk dari organ
reproduksi hewan betina secara mikroskopis dan makroskpis, mengetahui sel-sel
yang membangun alat reproduksi yang ada, serta mengetahui fungsi dari
bagian-bagian organ secara menyeluruh.
1.3
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu mengamati struktur anatomi sistem
reproduksi hewan betina
2.
Mahasiswa mengetahui organ yang menyusun sistem
reproduksi beserta fungsinya
3.
Mahasiswa mampu mengamati struktur mikroskopis dari
reproduksi hewan betina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Organa
Genetalia Masculina
Testis merupakan alat
reproduksi primer bagi hewan jantan karena menghasilkan spermatozoo (jamak;
spermatozoa). Testis berbentuk bulat
panjang pada sapi, sumbu arah vertikal. Panjang testis sapi dewasa adalah 12
sampai 15 cm, diameter tengahnya 6 sampi 8 cm, dan beratnya 300 sampai 500 gr
(Widayati et al., 2008).
Testis terletak diantara dua
kantong seretal dan di bawah rongga fortuneal (abdominal) yang merupakan awal
dari pertumbuhan. Pada mamlia jantan s berkembang dari peritoneal menembus
saluran inguinal masuk kantung skroatal. (Lytle and John.2005)
Epididimis berbentuk bulat
panjang dan melekat pada testis. Epididimis terbagi menjadi 3, yaitu caput
(kepala), corpus (badan), dan cauda (ekor). Caput epididimis
menelungkupi testis. Epididimis berisi duktus, mulai caput berkelok-kelok
rapat sekali. (Campbell.2004)
Duktus deferens terentang mulai
dari cauda epididimis sampai ke uretra. Duktus deferens (vas deferens)
adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari
epididimis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatic (Frandson,
1992).
Uretra mempunyai fungsi
menyalurkan sperma dan urin. Menurut letaknya uretra dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu pars pelvina, pars bulbouretralis dan pars penis. Bagian belakang
dari vesica urinaria terdapat colcullus seminalis. Bagian depannya adalah muara
bersama dari ampula dan saluran kelenjar vesikularis (Widayati et al.,
2008).
Penis merupakan organ
kopulatoris pada hewan jantan, berbentuk silinder panjang dan bersifat
fibroelastik. Penis membentang kedepan dari arcus ischiadicus pelvis sampai ke
daerah umbilicus pada dinding
ventral perut. Penis ditunjang oleh fascia dan kulit (Widayati et al.,
2008).
Penis dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu, glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan
akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot
ischiocavernosus (Frandson, 1992).
Preputium adalah lipatan kulit
di sekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas,
sementara lapisan dalam menyerupai membrane mucose yang terdiri dari lapisan
preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan ekskremitas bebas dari penis
(Frandson, 1992).
Ejakulat mengandung spermatozoa
dan cairan dari kelenjar aksesori yang terdiri dari sekreta epididimis dan
kelenjar aksesori hewan jantan. Kelenjar aksesori mencakup bagian duktus
deferens berkelenjar, glandula vesikulosa, glandula prostata, dan glandula bulbouretralis (Dellman,
1992).
2.2
Organa
Genetalia Feminina
Sistem
reproduksi pada betina terdiri dari dua buah ovarium, saluran kelamin dan alat
penggantungnya. Ovarium merupakan alat kelamin betina yang bertanggung jawab
atas diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan
perkembangbiakan dari spesies. Ovarium juga sebagai kelenjar endokrin yang
memproduksi hormon steroid yang memungkinkan berkembangnya ciri-ciri seksual
betina sekunder dan mendukung kebuntingan (Hafez, 2000).
Ovarium
dapat dibedakan dua daerah, yaitu daerah tepi ovarium disebut korteks dan
daerah tengah ovarium disebut medulla. Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus
luteum dan dilapisi oleh epitel permukaan. Terlihat berbagai bentuk sel telur
yang sedang berkembang pada ovarium. Bentuk-bentuk tersebut berupa oogonium
yang sedang tumbuh menjadi oosit primer, oosit sekunder dan sel telur (ovum).
Ditemukan beberapa bentuk folikel, yaitu folikel primer, folikel sekunder dan
folikel tersier. (Poernomo
dkk., 2003).
Oviduct terdapat
sepasang di kanan dan kiri, digantung oleh ligamentum mesosalpink, merupakan
saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk
uterus. Merupakan saluran yang menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke
uterus (Lytle and john.2000)
Uterus
memiliki dua kornua, satu korpus, dan satu servik. Tipe bentuk uterus sapi
adalah tipe bipartitus yaitu hanya mempunyai satu servik uteri, korpus uterinya
jelas dan panjang serta kedua koruna uteri dipisahkan oleh septum (Hafez,
2000).
Cervik
merupakan otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina. Struktur cervik pada hewan mamalia dicirikan adanya
penonjolan-penonjolan pada dindingnya dalam bentuk lereng-lereng transversal
dan saling menyilang disebut cincin annuler. Cincin annuler ini sangat nyata
pada sapi berjumlah empat buah yang dapat menutup rapat servik secara sempurna.
Lumen servik selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Waktu
birahi hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan masuk bagi semen (Ismudiono,
2010).
Vagina
merupakan saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penumpahan semen
dan juga merupakan jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus (
Tomaszewka et al, 2001).
Vulva merupakan alat kelamin luar yang terdiri dari labia
mayora, labia minora, commisura dorsalis dan ventral dan clitoris. Pertemuan
antara vagina dan vestibulum ditandai oleh muara uretra externa,
orificium uretra externa, dan sering pula oleh lereng hymen . Posterior dari muara uretra
pada lantai vestibulum terdapat suatu kantong buntu, diverticulum sub
uretralis, yang ditemukan pada sapi, domba dan babi (Feradis, 2010).
Clitoris homolog dengan gland penis pada hewan jantan,
berlekasi pada sisi ventral. Sekitar 1 cm di dalam labia. Clitoris mengandung
erectile tissue sehingga dapat berereksi. Juga banyak mengandung ujung
syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Clitoris bereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak
cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan spesies
(Widayati et all., 2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Pengamatan Secara
Makroskopis
3.1 Alat dan Bahan
1.
Baki
alumanium
2.
Pinset
3.
Organ genetalia sapi jantan dan betina
3.2 Cara Kerja
·
Preparat
organ genetalia yang akan amati dikeluarkan dari dalam stoples yang telah
diberi formalin. Kemudian dibersihkan dengan air agar baunya tidak menyengat.
·
Setelah
itu preparat alat kelamin diletakkan kedalam baki alumanium.
·
Lalu
amati bagian – bagian dari alat kelamin tersebut dan gambarkan.
B.
Pengamatan Secara
Mikroskopis
3.1
Alat dan
Bahan
1.
Mikroskop
2.
Praparat awetan ovarium, oviduct dan uterus
3.
Sediaan awetan tubulus seminifirus dan ductus
epidydimis
3.2 Cara Kerja
·
Amati dengan menggunakan mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari hasil pengamatan terhadap organ
genetalia sapi dari golongan
ruminansia maka dapat diketahui organ-organ kelamin hewan tersebut
memiliki bagian-bagian, yaitu :
·
Organ genetalia
masculina alat kelaminnya terdiri
atas dua buah testis yang terdapat didalam skrotum, epididymis, ductus
defferent, glandula accessories, dan penis.
·
Organ genetalia feminina adalah ovarium, tuba
uterina, vagina, dan vulva.
A.
Organa Genetalia Masculina
Sapi
B.
Organa Genetalia Feminina Sapi
4.2
Pembahasan
4.
Organ
Genetalia Masculina
Testis terdapat sepasang
berbentuk bulat telur, menghasilkan sperma dan terletak di dalam scrotum. Pada
testes terdapat canalis inguinalis
dan scrotum yang berfungsi sebagai
termoregulator.
Epididymis terletak di sebelah
medial testis, melengkung dari cranial ke sepanjang testes terdiri dari :
1.
Caput Epidemis, bagian oranial berasal dalam mesonephros yang dilewati oleh
spermatozoa yang berasal dari testis dan bermuara ductuli efferent.
2.
Corpus epididymis terletak pada bagian tengah yang ada pada bagian
posterior testis.
3.
Caudal epididymis terletak pada bagian caudal yang dipergunakan untuk
menyimpan spermatozoa serta tempat pematangan spermatozoa.
Ductus
deferens merupakan lanjutan dari cauda epididymis yang berjalan ke cranial
meninggalkan scrotum melalui canalis inguinalis masuk kedalam rongga perut
melalui sebelah dorsal vesicaurinaria. Ductus deferens berjumlah sepasang,
saluran ini berdinding otot tebal sehingga berupa tali dan terasa kenyal, serta
menyalurkan spermatozoa dari cauda epididymis ke uretra.
Penis
adalah alat kopulasi
atau sebagai alat pendeposit sperma pada organ kelamin betina. penis terdiri dari dua tipe yaitu:
1.
Fibroelastis,
yaitu bentuknya kecil, panjang,
waktu ereksi keras tapi tidak begitu membesar cavernosanya sedikit. Pada waktu
tidak ereksi melengkung membentuk huruf ”S” disebut flexura sigmoidea.
2.
cavernosus
(vascular), yaitu bentuknya
pendek, waktu ereksi membesar karena banyaknya caverna, tapi tidak begitu keras.
Caverna ini
memiliki beberapa bagian, yaitu :
2.
Corpus cavernosum yang mempunyai rongga yang berisikan darah guna melakukan
erectio pada waktu copulasi,ini sepasang.
3.
Corpus cavernosum uretra ; tunggal, berjalan di ventral dari corpus
cavernosum penis, ujung penis membesar dan membentuk gland penis, di tengahnya
ditembusi oleh uretra yang berakhir di ujung cranial penis.
4.
Prepotium ;
merupakan selubung bagian ujung anterior penis. Selubung ini berupa suatu
lipatan kulit, selaput lendirnya berkelenjar, dan sekresinya bersifat lemak.
Sekresi kelenjar ini berbau rangsang & dan disebut smegma praeputil.
5.
Organ
Genetalia Feminina
Vulva atau disebut juga dengan vestibulum vagina
atau sinus urogenitalia. Bagian luar
vulva disebut labia, dan
dibagi atas labia mayor (bagian
luar) dan labia
minor (bagian dalam). Vagina merupakan saluran yang terdiri
dari dua bagian yaitu bagian luar disebut vestibulum dan bagian dalam disebut
vagina. Kedua bagian itu dibatasi oleh orificium
uretra eksterna. Antara vagina dan veatibulum terdapat suatu lipatan mukosa
berbentuk bulan sabit, disebut dengan hymen.
Vagina berfungsi sebagai tempat penumpahan semen
ketika kopulasi, dan sebagai
tempat jalan keluarnya foetus dan plasenta ketika kelahiran.
Setelah dari vagina masuk
ke cervix uteri, yang berfungsi sebagai tempat
lewatnya foetus ketika proses kelahiran dan berfungsi untuk melindungi foetus
dari bakteri atau kuman ketika masa kebuntingan dan selama masa estrus cervix
terbuka sedikit untuk memungkinkan lewatnay spermatozoa. Kemudian menuju ke corpus uteri. Korpus uteri berfungsi sebagai
tempat berkembang dan tumbuhnya foetus. Lebih kedalam lagi kita temui cornua
uteri cornua uteri terletak diruang abdomen, biasanya tertekan diotot-otot
sublumbalis oleh usus yaitu caecum. Uterus diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu : simplex, duplex,
bicornua, dan bipartiti.
Oviduct atau tuba Fallopi terdapat sepasang pada
mamalia tetapai pada unggas hanya oviduct sebelah kiri yang berkembang. Pada
mamalia, oviduct dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu infundibulum, yang
berfungsi untuk mengangkut oosit setelah fertilisasi. Pada saat ovulasi, fimbre
menangkap langsung oosit yang diovulasikan kearah infundibulum. Ampulla,
merupakan daerah pada oviduct yang relatif lebih luas. Daerah ini merupakan
tempat terjadinya fertilisasi. Isthmus, adalah bagian tersempit pada oviduct
yang terletak diantara ampulla dan cornua uterus.
Ovarium yang berjumlah sepasang, terletak sebelah caudal ren. Ovarium
merupakan kelenjar ganda karena menghasilkan ovum (sel telur) dan hormon.
Berfungsi sebagai alat tubuh yang memproduksikan sel kelaminbetina dan hormon.
Sebagian besar ovarium ditutupi oleh peritoneum.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
Organa genetalia masculina terdiri dari : testes, epididymis, ductus
defferent, ductus ejakulatorius, uretra dan penis.
2.
Organa genetalia masculine terdiri dari : ovarium, oviduct, uterus, vagina
dan vagina.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N A. 2004. Biologi
Edisi kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta Delliman, H Dieter. 1992. Textbook of Veternary Histology
Dellman, H. Dieter., Esther M. Brown. 1992. Histology
Veteriner. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.
Frandson, R.D.1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E., B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals.
Philadelphia : USA
Ismudiono. 2012.Fisiologi Reproduksi pada Ternak.
Surabaya : universitas Airlangga Press
Lytle, Charles, John R. Meyer (I). 2005. General Biology New York,Mc. Graw Hill Higher Education
Mozes R. Toelihere. 1985. Ilmu kebidanan pada ternak sapi dan kerbau. Penerbit UI: Jakarta
Poernomo., Hanani, N.A.R., J.T. Ibrahim. 2003. Strategi Pembangunan Pertanian.
Lappera Pustaka Utama: Yogyakarta.
Tomaszewska., Kim et al. 2001. Mikrobiologi Organik. Pustaka
Utama: Jakarta.
Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S. Bintara. 2008. Handout Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
PENGUKURAN DAN
PENENTUAN UMUR
FOETUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Foetus (janin)
berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran.
Foetus dapat diartikan "bibit muda, kandungan". Foetus sapi berada
pada salah satu kornua, sedangkan kornua yang lain tetap kecil. Terdapat dua
cara untuk mengukur panjang foetus, yaitu :
a.
Curved Crown
Rump
Pengukuran dengan cara mengukur
panjang tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva forehead.
Cara ini tidak lazim dipakai.
b.
Straight
Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur
panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai
forehead. Cara inil yang sering digunakan.
2.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui panjang dan berat foetus pada masa kandungan.
3.
Manfaat
Mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus
berdasarkan usia kebuntingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
prenatalis pada sapi dimulai sejak terjadinya konsepsi yakni saat pertemuan sel
telur betina dengan sel jantan, bersatunya sel jantan dan sel telur tadi
mengasilkan calon individu baru di dalam kandungan yang disebut embrio atau
foetus. Pada awal kebuntingan pertumbuhan foetus berjalan sangat lambat,
sedangkan pada akhir kebuntingan pertumbuhan berlangsung sangat cepat. Foetus,
hampir 2/3 bagian bagian pertumbuhan hanya berlangsung 1/3 dari dari seluruh
waktu yang digunakan dalam kandungan
(Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Periode kebuntingan dapat di
bagi secara kasar dalam tiga bahagian, berdasarkan ukuran individu dan
pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga periode itu adalah ovum, embrio dan
foetus. Periode ovum atau blastula berlangsung 10 – 12 hari, selak waktu
pembuahan yang biasanya terjadi beberapa jam sesudah ovulasi sampai pembentukan
membrane zygote dalam uterus. Periode embrio/foetus atau organogenesis
berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan. (Barnes, Waikel Villee. 1984)
Selama periode ini, organ dan
system utama tubuh berbentuk dan terjadi perubahan- perubahan dalam bentuk
tubuh sehingga pada akhir periode ini spesies embrio/foetus tersebur dapat
dikenal. (Anonim. 2006)
Periode foetus dan pertumbuhan
foetus berlangsung dari hari ke-45 masa kebuntingan sampai partus. Selama
periode ini terjadi perubahan- perubahan kecil dalam diferensiasi organ,
temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan dan pematangan individu antenatal.
Selama periode ini caruncel dan cotyledon berkembang dan membesar untuk
mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat foetus dari hari ke-120 sampai
hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari pada pertambahan berat badan dari
waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa kebuntingan. Pada permulaan periode
foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi tulang dimulai, dan perubahan-
perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran kaki. (Patten, M. Bradley.
1964)
Pada masa akhir kebuntingan anak ternak yang normal telah
berkembang sedemikian rupa sehingga ia sanggup hidup di lingkungan cairan dan
saluran pencernaan serta saluran pernafasannya siap untuk mulai fungsi dan
tanggung jawabnya. Selama minggu- minggu pertamanya kehidupan di luar uterus
terjadi suatu penyesuaian fisiologik anak ternak yang memerlukan perhatian
khusus dari peternak untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhan optimum dari
ternak yang baru lahir. (Toelihere, R. Mozes. 1985)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan
Bahan
1.
Baki alumunium
2.
Penggaris
3.
Pinset
4.
Foetus sapi atau kambing yang telah diawetkan
3.2
Cara Kerja
·
Foetus yang telah disediakan dikeluarkan dari
dalam stoples dan diletakkan di atas baki alumunium
·
Dilakukan
pengukuran dengan cara CC-R dan SC-R
·
Pengukuran
CC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
pangkal ekor berbentuk kurva sampai forehead
·
Pengukuran SC-R dilakukan dengan cara mengukur
panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai
forehead. Cara ini yang sering digunakan
·
Catat hasil pengukuran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari hasil pengukuran foetus sapi maka
diperoleh hasil sebagai berikut
·
dengan
cara CC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 42cm
·
dengan
cara SC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 38cm
Tabel Hasil Pengukuran
Metode
|
Umur
|
Panjang
Tubuh
(cm)
|
Panjang
|
Ratio
|
Panjang
|
Ratio
|
|||||
Kepala
|
Tubuh
|
Kepala
|
Tubuh
|
Kaki depan
|
Kaki belakang
|
Kaki depan
|
Kaki belakang
|
||||
CC-R
|
5 Bulan
|
34
|
13,2
|
20,8
|
1
|
3
|
15
|
18
|
5
|
6
|
|
SC-R
|
5 Bulan
|
30
|
7,6
|
22,4
|
1
|
4
|
11,5
|
11,8
|
1
|
1
|
|
4.2
Pembahasan
Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus
42 cm dengan tekhnik CC-R dan 38cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh
ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :
UMUR
(bulan)
|
PANJANG
(cm)
|
BERAT
(g)
|
SIFAT FETAI/PLASENTA
|
1
|
0,8-1
|
0,3-0,5
|
Pucuk kepala dan kaki jelas,
plasenta belem bertaut
|
2
|
6-8
|
10-30
|
Pucuk teracak, skrotum kecil,
plasenta terpaut
|
3
|
13-17
|
200-400
|
Rambut pada vivir, dagu, dan
kelopak mata, skrotum pada jantan
|
4
|
27-32
|
1000-2000
|
Teracak, berkembang warna kuning,
ada legok bakal tanduk
|
5
|
30-45
|
3000-4000
|
Rambut pada alis, bibir, testes
dalam skrotum, puting susu
|
6
|
40-60
|
5000-10000
|
Rambut dibagian dalam telinga,
sekeliling legok tanduk, ujung ekor, dan moncong
|
7
|
55-25
|
8000-18000
|
Rambut pada meta tarsal, meta
carpal phalanx dan punggung, rambut panjang pada ekor
|
8
|
75-85
|
15000-25000
|
Rambut pendek, halus diseluruh
tubuh
|
9
|
20-100
|
20000-50000
|
Rambut panjang sempurna diseluruh
tubuh, gigi seri normal, foetus besar
|
Semakin bertambahnya usia kehamilan, makin
bertambah pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa
kehamilan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh
faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan
jumlah anak per “litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga
dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan
endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran
foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen
induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik
material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi
prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya
dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor maternal.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
foetus
yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan
dengan tabel), maka foetus sapi
tersebut berumur 6 bulan dan beratnya 5-8 kg
·
kontribusi
maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi
paternal
·
posisi
foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh komposisi antara sesama litter,
perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan
suhu udara luar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. http://www.pjms.com.pk/issues/octdec06/pdf/fetal_biometry.pdf. Fetal Biometry. Di unduh pada 10 Mei 2012.
Anonim . 2009. Reproduksi
Hewan.
Http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/biologi-umum/reproduksi-ambriologi-hewan.
diakses tanggal 05 Mei 2012 jam 8.51 WIB
Barnes, Waikel Villee. 1984. Zoologi Umum Edisi
Keenam Jilid I. Erlangga :Jakarta.
Blakely, James and David H. Bade. 1991. Ilmu
Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gunawan, Kosasih. 1981. Embriologi
Kedokteran Terjemahan dari Text Book of Medical Embriology. EGC: Jakarta.
Patten, M. Bradley. 1964. foundation of Embriology. Mc. Graw – Hill Book Company : New York.
Sudarmono, A.S dan Sugeng, Y.B. 2008.
Sapi Potong. Penebar Swadaya: Jakarta.
Toelihere, R. Mozes. 1985. Ilmu kebidanan pada Ternak sapid an Kerbau. Universitas Indonesia :
Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T, 1999. Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Y, Sudarmono. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya Wisma
Hijau: Bogor
PENGAMATAN PERKEMBANGAN
EMBRIO AYAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Perkembangan
embrio ayam terjadi diluar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh
makanan dan perlindungan dari telur berupa kuning telur, albumen dan kerabang
telur. Itulah penyebab telur unggas relatif besar. Perkembangan embrio ayam
tidak dapat seluruhnya dilihat.
Dalam perkembangannya,
embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion dan alantois. Pola
dasar perkembangan embrio ayam yaitu melalui tahapan pembelahan,
morula, blastula,gastrula.
2.
Tujuan
a.
Mempelajari
lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
b.
Mempelajari
tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio.
3.
Manfaat
1.
Agar kita dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan atau pembentuan
organ pada berbagai umur embrio ayam.
2.
Agar kita dapat mengetahui lapisan embrional yang membentuk
bakal organ
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awal perkembangan
embrio ayam menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura meluap keluar
dari tubuh embrio hingga di atas yolk. Daerah luar tubuh embrio dinamakan
daerah ekstra embrio. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk
lipatan-lipatan tubuh sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya
lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi
semakin jelas. Pada bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral
dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio. Bagian tengah usus tengah yang
menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini, dinding kantung yolk
berhubungan dengan dinding usus pada kantung yol. Walaupun kantung yolk
berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil
embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).
Pada ayam sel telur yang sebenarnya hanya terdiri atas
kuning telur dan di sisi satunya lagi sebuah daerah sitoplasma tipis dan
sebuah nucleus. Fertilisasi terjadi dalam sebuah oviduk, dan albumim serta
cangkang disekresikan sebagai lapisan tambahan oleh kelenjar-kelenjar khusus
saat telur bergerak menuruni oviduk, tahapan-tahapan blastula dan grastula
terjadi saat telur masih berada dalam oviduk. (Fried, 2002)
Pada ayam betina
terdapat sepasang ovary, hanya yang dextrum mengalami atropis (mengecil dan
tidak bekerja lagi). Dari ovary menjulur oviduk panjang berkelok-kelok,
berlibang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong, lubang oviduk itu
disebut ostium abdominalis. Dinding
tubuh oviduk tersusun atas musculus dan ephiitelium yang bersifat glandular,
yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen (putih telur), membrane tipis di
sebelah luar albumen, dan cangkok yang berbahan zat kapur yang disebut oleh
kelenjar disebelah caudal. (Jasin, 1992)
Proses morfogenetik
yang disebut sebagai gastrulasi adalah pengaturan kembali sel-sel blastula
secara dramatis. Gastrula berbeda rinciannya dari satu kelompok hewan dengan
kelompok hewan yang lainnya, tetapi suatu kumpulan perubahan seluler yang sama
menggerakkan pengaturan spasial embrio ini. Mekanisme seluler yang umum
tersebut adalah perubahan-perubahan motilitas sel, perubahan dalam bentuk sel
dan perubahan dalam adhesi (penempelan) seluler ke sel lain dan ke molekuler
matriks ekstraseluler. Hasil penting dari gastrulasi adalah beberapa sel dekat
permukaa blastula berpindah ke lokasi baru yang lebih dalam. Hal ini akan
mentransformasi blastula menjadi embrio berlapis tiga yang disebut gastrula
(Campbell, 1987).
Menurut anonim
(2008), berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan dikelompokkan menjadi:
1.
Hewan diploblastik : Memilki 2
lapisan embrional, ectoderm dan endoderm.
2.
Hewan triploblastik : Memilki tiga lapisan embrional yakni:
a.
Triploblastik aselomata : tak memilki rongga tubuh
b.
Triploblastik pseudoselomata : memilki rongga tubuh yang semu
c.
Triploblastik selomata : memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya, yaitu
basil pelipatan mesoderm
Tahap neurula ayam
nirip dengan embrio katak yaitu melalui tahap keeping neural, lipatan neural,
dan bumbung neural. Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk
neurula. Proses ini meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ectoderm,
mesoderm dan endoderm. Perkembangan embio ayam pada berbagai umur inkubasi
merupakan media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis (Tim Dosen UNM,
2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan
Bahan
·
Incubator
·
Scalpel
·
Bak kaca / plastic
·
Pinset
·
Cawan Petri
·
Telur ayam yang sedang dieramkan dengan
incubator
3.2
Cara Kerja
1.
Sediakan telur ayam yang akan ditetaskan secukupnya,
guna melihat perbedaan diantaranya. Dimasukkan kedalam incubator dengan suhu
101ºF
2.
Pada waktu pengamatan, telur dipecahkan 2 sampai 3
butir untuk melihat perbedaan embrio telur tersebut.
3.
Telur yang akan diamati, dipecahkan dengan scalpel dan
dituangkan isinya kedalam cawan Petri. Diamati perubahan yang terjadi setiap
hari yang ditentukan.
4.
Pada hari selanjutnya perhatikan perubahan atau
pembentukan telur tersebut mulai hari pertama sampai menetas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hari Pertama
Tedapat lempengan embrio, area opaca,
dan zona pelusida. Terdapat pada cincin yang berwarna lebih gelap disekitarnya.
Terdapat pula primitive streak yaitu suatu bentuk memanjang yang akan menjadi
tulang punggung.
Hari kedua
Mulai terbentuknya jantung, hati dan darah. Terdapat membran vitelin
yang memiliki peranan utama dalam nutrisi embrio. Saat ini adalah saat yang
kritis dari kehidupan embrio, sebab saat itu jantung mulai berdetak. Peredaran
darah dimulai, dengan Kerja sama antara
kantung darah dengan kantung selaput kuning telur. Selain itu terdapat pula putih telur, kalaza, area
opaka, zona pelusida, dan
kuning telur.
Hari Ketiga
pertumbuhan pada masa ini bentuk dan letak jangtung sudah mulai
tegambar. Kaki dan sayar sudah mulai terbentuk dan berkembang. Pada saat ini
embrio sudah mulai berputar.
Hari kelima
Pada hari kelima embrionya sudah tampak jelas. Sedikit demi
sedikit anggota badan sudah mulai
terbentuk. Ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C.
Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak didalam
amnion dan pembuluh sudah semakin banyak.
Hari kedelapan
Perkembangan yang terjadi yaitu mata mulai terbentuk dan membesar, tulang
punggung sudah mulai mengeras, dan dan bulu-bulu halus sudah mulai tampak.
Hari kesepuluh
Pada hari kesepuluh foliket-folikel
bulu sudah mulai tumbuh. Sudah terjdi pembentukan darah di dalam tubuh yaitu di
sum-sum tulang belakang. Bentuk kaki sudah mulai terbayang dan terlihat.
Hari kesebelas
Pada hari kesebelas paruh dan
tengkorak sudah mulai mengeras. Pasa saat ini alantois sudah mulai mencapai
ukuran yang maksimum. Dalam kantung selaput kuning telur tampak samar-samar
alat pencernaan.
Hari ketiga belas
Pada hari ketigabelas, perkembangan yang telihat yaitu sayap dan kaki
mulai terlihat jelas. Terdapat bulu, sisik dan kuku sudah mulai terlihat. Alat
tubuh mulai terlihat. Alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois.
Hari keenam
Pada hari keenam belas, perkembangan yang terjadi bentuk kepala menuju
normal dan posisi embrio telah sejajar dengan poros memanjang bentuk telur.
Kuning telur membeku, sedangkan putih telur sudah terserap dan tinggal sedikit.
Telinga, mata, dan ekor menuju
kearah sempurna. Sistem ginjal
mulai memproduksi urates (garam dari asam urat).
Hari ketujuh belas
Pada hari ketujuh belas,
albumin sudah terserap habis. Selain itu bentuk kepala normal demikian juga dengan mata, ekor, sayap, dan kaki. Bulu
sudah menutupi seluruh permukaan tubuh dan paruh mengarah kekantung udara.
Hari kesembilan belas
Pada hari kesembilan belas, paruh sudah
mulai mengarah ke atas menuju rongga udara dan siap untuk mematuk kerabang
telur. Kerabang telur juga sudah mulai rapuh. Pernafasan dengan paru-paru sudah
mulai berlangsung.
Hari kedua puluh
Perkembangan pada hari ini yaitu
semua kuning telur sudah terserap habis ke dalam tubuh. Saluran pernafasan
sudah sangat sempurna. Embrio sudah mulai memenuhi rongga telur keciali pada
rongga udara.
5.2
Pembahasan
Secara umum telur terdiri dari
5 bagian, yaitu secara berurutan dari luar, selaput kerabang, kerabang,
germinal, kuning telur dan putih telur. Untuk melihat mutu telur yang baik
harus diperhatikan beberapa hal antara lain, kebersihan kerabang, bentuk dan
berat, ukuran, kondisi (kasar, licin dan keretakan), indeks kuning telur,
kekentalan albumin dan ketebalan albumin. Semakin tinggi nilai HU, kebersihan
kerabang dan kelicinan maka semakin lama daya simpan dan kelayakan konsumsi
dari kuning telur tersebut.
Menurut
fungsinya saluran telur dibagi menjadi 5 bagian yaitu corong/infundibulum,
magnum yang menghasilkan albumin kental, istmus yang mengeluarkan selaput
kerabang, uterus /kelenjar kerabang, vagiana yaitu liang menuju kloaka.
Kerabang
atau kulit telur merupakan pembungkus luar yang kuat untuk melindungi seluruh
isi didalamnya. Telur selama proses pembentukannya paling lama tinggal dalam
kelenjar kerabang, yaitu selama 19-20 jam.
Tahap-tahap perkembangan pada
embrio adalah tahap mefalla, blastula, dan gastrula sampai primitive strek,
tahap ini disebut embryogenesis. Sejak hari keenam foetus telah diselubungi
oleh placenta foetalis yang didalamnya terdapat cairan amnion, fungsinya :
a.
Mencegah embrio dari kekeringan dan juga tempat berenangnya foetus untuk
mempermudah gerakan serta memposisi.
b.
Melindungi foetus dari benturan-benturan dari luar.
c.
Mempermudah pada saat penetasan.
d.
Menyerap albumin.
Kuning telur semakin lama
semakin habis karena diserap sebagai cadangan makanan mulai embrio berumur 24
jam sampai hari ke-18 sampai ke-20. Albumin emakin lama semakin berkurang tepapi
hasil praktikun pada hari ke-15 tersebut masih dijumpai dan pada hari ke-19
baru habis. Ini disebabkan oleh :
1.
Faktor kandungan telur itu sendiri atau ketidakbaikan yang dibawanya.
2.
Faktor genetik yang dibawanya.
3.
Faktor penyerapan dari amnion.
4.
Faktor penyerapan dari amnion lambat.
5.
Faktor lingkungan (incubator).
Atlantois berasal dari kantong
yang berhubungan dengan usus embrio (tangkai atlantois) dan behubungan dengan
yolk stlak, fungsinya
1.
Tempat pembuangan sisa metabolisme.
2.
Sebagai paru-paru foetalis.
3.
Membentuk funiculus umbilicalis melalui atlanto chorion membrane.
Chorion bersama-sama dengan
amnion berkembang sebagai cripta dari somatopleura yang selanjutnya berkembang
menjadi chorion yang fungsinya sebagai tempat tumbuhnya villi-villi yang merupakan
bagian dari placenta fotalis. Perbedaan telur ayam kampung mempengaruhi masa
perkembangan embrio ayam.
Putih telur terdiri atas
protein, terutama lisosin, yang memilki kemampuan antibakteri untuk membantu
mengurangi kerusakan telur. Telur utuh terdiri dari beberapa komponen yaitu air
66% dan bahan kering 34% yang tersusun atas protein 12%, lemak 10%, karbohidrat
1% dan abu 11%. Di dalam bahan kering terdapat kandungan protein, lemak dan
abu, yang hamper sama banyak, yang paling sedikit adalah karbohidrat. Kuning
telur adalah salah satu komponen tang mengandung nutrisi terbanyak dalam telur.
Kuning telur
mengandung air sekitar 48% dan lemak 33%.
Ukuran
telur untuk setiap ayam sangat bervariasi. Berat telur terdiri atas jumlah
berat dari setiap bagiannya. Oleh sebab itu apapun yang mempengaruhi berat dari
setiap bagian akan mempunyai pengaruh terhadap berat telur secara keseluruhan.
Ukuran kecil dari telur ayam dara yang baru pertama kali bertelur sebagian
dipengaruhi oleh ukuran kuning telur yang kecil serta jumlah albumin yang
kurang.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas
2 fase yaitu:
o
Fase
perkembangan awal, dalam tubuh induk.
o
Fase perkembangan selama masa pengeraman diluar
tubuh induk
·
Periode inkubasi normal pada telur ayam adalah
15 hari
·
Perkembangan embrio sangat dipengaruhi oleh suhu
dan waktu
·
Perkembangan embrio pada hari kedua pengeraman,
pertumbuhannya meliputi tahap-tahap berikut:
o
Morulasi
o
Blastulasi
o
Gastrulasi
·
pertumbuhan embrio semakin mendekati kesempurnaan
pada saat albumin dan kuning telur menjadi sedikit, disebabkan oleh penyerapan
embrio sendiri sabagai cadangan makanan anak ayam yang baru menetas.
·
Rongga udara yang terdapat di bagian tumpul
disetiap telur akan semakin bertambah luas sebab air dalam telur sewaktu proses
lncubasi akan terusberkurang dengan cara menguap lewat dinding kulit telur
·
Pada hari kesembilan belas hampir sepertiga
bagian menjadi rongga udara.
·
Ketentuan bagi sebutir telur untuk ditetaskan
adalah:
o
Telur yang dihasil kan oleh betina yang telah
dibuahi.
o
Permukaan
kulit telur licin dan rata.
o
Kerabang
telur tidak terlalu tebal dan tipis
·
Albumin
merupakan kantung udara bagi embrio sehingga ia dicerna oleh allantois dan
diserap oleh amnion yang menyebabkan udara bisa digunakan oleh embrio
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Perkembangan Hewan.Jurusan Biologi
FMIPAUNM: Makassar
Anonimus. 2008. Pertumbuhan pada Hewan. http://www. Praweda.co.id. Diakses pada tanggal
06 Mei 2012.
Campbell. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Fried, G. 2002. Biologi Edisi ke II. Erlangga : Jakarta.
Jasin, Maskoeri.
1992. Zoologi Invertebrata.
Sinar Wijaya : Surabaya.
Msi.,
Drh.Erdiansyah Rahmi.2007. EMBRIOLOGI.
DPA SKPD : Banda Aceh
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam
Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugiyanto. 1996. Perkembangan
Hewan. Fakulatas Biologi. UGM : Yokyakarta.
Sukra, Yuhara. 1975. PENGANTAR KULIAH
EMBRIOLOGI I. Proyek Peningkatan Mutu PT. IPB.
Tim Dosen UNM, 2008. Penuntun Praktikum Perkembangan
Hewan. Universitas Negeri Makassar.
Yatim, Wildan. 1976. Embriology.
Tarsito : Bandung.
PENGAMATAN
MORFOLOGI SPERMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sperma adalah sel haploid yaitu
gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat cair dan sel.
Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan bergerak disebut
spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang disebut plasma
seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau
membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan yang
menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis yang sama.
2.
Tujuan
Melalui kegiatan
praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai
mendeskripsikan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu dengan yang
lainnya dan mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.
3.
Manfaat
Agar setelah diadakannya
praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan bagian-bagian sperma dan perbedaan
morfologinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spermatozoa
merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi jantan. Sel tersebut
mempunyai kepala, leher dan ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari
sel epitel germinal yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak dalam
dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Proses
perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis. (WHO,
1992)
Pada tahap pertama
spermatogenesis, spermatogonia primitif berkumpul di tepi membrane basal.
Spermatogonia bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel Sertoli. Sel-sel
Sertoli mempunyai membran yang kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar
dan sisi, sehingga dapat membentuk lapisan pertahanan yang mencegah peneterasi
dari kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus. Spermatogonia yang akan menjadi
spermatozoa dapat menembus lapisan pertahanan. (Ollero M, dkk 2001)
Proses berikutnya
ialah pembelahan secara meiosis. Spermatogonium yang masuk ke dalam lapisan
sel-sel Sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk
membentuk suatu spermatosit primer. Spermatosit primer membelah menjadi
spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis kedua terjadi, di mana kedua kromatid
dari 23 kromosom berpisah pada sentromer, membentuk dua pasang 23 kromosom
(Ollero M, dkk, 2001)
Berikutnya setelah
tahap pembelahan meiosis, setiap spermatid kembali di modifikasi oleh sel-sel
Sertoli secara mengubah spermatid perlahan-lahan menjadi suatu spermatozoa
dengan cara menghilangkan beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan
kromatin dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala spermatozoa yang
padat, dan mengumpulkan sisa sitoplasama dan membran sel pada salah satu ujung
dari sel untuk membentuk ekor. Bentuk akhir spermatozoa terdiri atas kepala,
dan ekor.(Ollero M dkk, 2001)
Kepala spermatozoa
terdiri atas sel berinti dengan sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di
sekitar permukaannya. Di bagian luar terdapat selubung akrosom yang dibentuk
dari alat Golgi. Akrosom ini mengandung enzim yang serupa dengan enzim yang
ditemukan pada lisosom pada sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang
dapat mencerna filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang
sangat kuat. Enzim-enzim tersebut mempunyai peranan penting dalam hal
memungkinkan sperma untuk membuahi ovum. Ekor spermatozoa atau flagellum,
memiliki 3 komponen utama, yaitu: rangka pusat, membran sel, dan sekelompok
mitokondria yang terdapat pada proximal dari ekor. (Nallella KP, dkk, 2005)
Tahap pengubahan
akhir dari spermatosit menjadi spermatozoa terjadi ketika spermatid terdapat
pada lapisan sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli memelihara dan mengatur proses
spermatogenesis. (Aitken RJ, dkk, 1995)
Setelah terbentuk
sperma di dalam tubulus seminiferus, sperma membutuhkan waktu beberapa hari
untuk melewati epididimis.. Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan
dari bagian awal epididimis adalah sperma yang belum motil, dan tidak dapat
membuahi ovum. Akan tetapi, setelah sperma berada dalam epididimis setelah
beberapa lama, sperma akan memiliki kemampuan motilitas, walaupun beberapa
faktor penghambat protein dalam cairan epididimis masih mencegah motilitas yang
sebenarnya sampai setelah terjadi Ejakulasi. (Wolff H. 1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan
Bahan
·
Mikroskop
·
Objek glass
·
Bak kaca / plastic
·
Cover glass
·
Sperma ayam dan sperma tikus
3.2
Cara Kerja
·
Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang
berasal dari testis,epididimis,atau vas deferen.
·
Jika cairan tersebut pekat larutan
NACLfisiologis,teteskan cairan pada objek glass yang bersih.kemudian dengan
objek glassyang lain dioles setipis mungkin.
·
Fiksasi dengan menggunakan
Mercuric-acid,Bouin,Flemmings weak solution atau bahan fiksasi lain yang sesuai
dengan cara meneteskan permukaannya dengan fiksatif atau dapat juga dengan
meletakkannya dalam cairan fiksatif.Biarkan 10-30 menit ,cuci dengan cara yang
sesuai.Warnai dengan Iron hematoxilin,Alum hematoxilin dan Eosin.
·
Dehidrasi dengan balsam Canada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
o
Hasil
a.
Sperma Ayam
b.
Sperma Tikus
4.1
Pembahasan
Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu Head, acrosome, midpiece, tail, end piece. Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek,
yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas
baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi
bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece,
ekor atau end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas
(daya hidup) spermatozoa.
Morfologi Spermatozoa yang normal terbagia
atas bagian kepala, bagian tengah yang pendek (midpiece) dan bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat
sebagai contoh yaitu morfologi spermatozoa pada mencit.
Perbesaran 800x (Wyrobek and Bruce, 1975).
(a)
spermatozoa normal, (b) pengait salah membengkok, (c) sperma melipat, (d)
kepala terjepit, (e) pengait pendek, (f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan,
(g) tidak ada penggait, (h) sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk,
(i) kepala tidak berbentuk.
a.
Head
Menentukan bentuk kepala spermatozoa
dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati. Kutub anterior inti
tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik,
misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam hyaluronic, dan
acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus dinding zona pellucida. Enzim
tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona pellucida agar spermatozoa
dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala terutama terdiri dari
nukleus, yang mengandung informasi genetik
b.
Midpiece
Pada bagian leher sebagian besar
berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala dan badan, berdiri dari
senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi kasar tersusun memanjang,
berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
c.
Flagelum
Pusat badan memiliki struktur
flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan Sembilan pasang buluh mikro
perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka di kelilingi oleh
Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal yang berhubungan
dengan serabut penhubung. Selanjutnya
dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir berbentuk cincin yang
menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor utama.
d.
Tail
Tail merupakan bagian ekor
spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen aksial mirip dengan
bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya
bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk semisiskular
struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar
membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor utama.
e.
End piece
Selubung fibrosa terminal menandai awal
dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks filament aksial .Kearah
proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas susunan
Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap berkurang
menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa permukaan
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Spermatozoa tampak memiliki dua bagian utama
yakni kepala dan ekor.
·
Dengan menggunakan mikroskop electron bagian
ekor dapat dapat dibagi atas bagian leher(neck piece),badan(midlle piece),ekor
utama(principal piece),dan ujung ekor(and piece).
·
Spermiogenesis adalah suatu proses dimana
spermatic berdiferensiasi menjadi spermatozoa meliputi sejumlah transformasi
inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.
DAFTAR PUSTAKA
Aitken
RJ, Buckingham W, Brindle J, Gomez E, Baker HWG, Irvine DS. 1995. Analysis of sperm movement in relation to
the oxidative stress created by leukocytes in washed sperm preparations and
seminal plasma. Hum Reprod
Arsyad, K.M., L. Hayati.
1994. Penuntun Laboratorium Semen Manusia dan Interaksi Sperma-Getah Servik. Edisi 3. Fakultas Kedokteran
Sriwijya
DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee, R.D., Boyers, S.P. 1997.
Seri Skema Diagnositis dan Penatalaksanaan infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994. Histologi dan Biologi Sel. (alih
bahasa: Arifin Gunawijaya) Binarupa Aksara. Jakarta.
Nallella
KP, Sharma RK, Allamaneni SSR, Agarwal A. 2005. Identification of male factor infertility using a novel semen quality
score and reactive oxygen species levels. Clinics.
Ollero
M, Gil-Guzman E, Lopez MC, Sharma RK, Agarwal A, Larson K, et al. 2001. Characterizations of subsets of human
spermatozoa at different stages of maturation: implications in the diagnosis
and treatment of male infertility. Hum Reprod.
World Health
Organization. 1992. Penuntun Laboratorium
WHO untuk Pemeriksaan Semen. Edisi ke-3. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Wolff
H. 1996. Fertil Steril. The Biologic Significance of White blood
Cells in Semen.
Numpang promosi!!!!
BalasHapusAyo gabung,, untuk pengguna android!!!!
Ada aplikasi Android baru ini agan-agan!!! Dan juga sangat bermanfaat sebagai penghasilan sampingan dengan kode update yang baru.
Ada bukti PO-nya juga lho!!! Search di google.com
Adek
Langsung aja :
1. Download aplikasi "WHAFF REWARD" langsung dari hp android kamu di playstore dan kemudian instal terus di jalankan.
2. Tunggu hingga muncul gambar.
Nb: jika ada tulisan koneksi error muat ulang kembali.
3. Setelah itu pilih tulisan masuk, ada di bagian atas kanan dari app tersebut.
4. Masuk atau login menggunakan "facebook" langsung di oke.
5. Pastikan ada tulisan "enter invite code" masukkan kode terbaru dan ter update "BA82665" (tanpa tanda petik) selanjutnya tekan oke.
Nb: jika tidak masukkan kode di atas tidak akan langsung mendapatkan $0,30
6. Akun langsung mendapat $0,30, bisa di cek di pojok kanan atas.
Ayo buruan gabung.!!!
Terbukti membayar
Jangan lupa kodenya yang paling baru "BA82665" tanpa tanda petik.