Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin) yang terjadi
melalui pembelahan meiosis. Gametogenesis berlangsung pada sel kelamin dalam
alat perkembang biakan. Gametogenesis meliputi spermatogenesis (pembentukan
spermatozoa atau sperma) dan Oogenesis (pembentukan ovum) (Wahyu, 1990).
Spermatogenesis
Spermatogenesis
adalah proses pembentukan sperma. Spermatogenesis berlangsung di testis. Pada
testis terdapat jaringan bernama tubulus seminiferus. Dinding tubulus
seminiferus terdapat banyak sel germinal yang akan berubah menjadi sperma
melalui meiosis. (Johnson 2002 : 1202).
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus
seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan
sel sertoli yang berfungsi member nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada
tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone
testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis (Guyton, 2006).
Spermatogonia membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan lebih
banyak spermatogonia. Beberapa spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan
lainnya berkembang menjadi spermatosit primer yang juga mengandung kromosom. Sel – sel spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis
nebjadi dua spermatosit sekunder, selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi empat
spermatid. Selanjutnya spermatid berdiferensi menjadi sel kelamin dewasa(masak)
yang disebut spermatozoa atau sperma. Proses pemasakan spermatosit menjadi sperma dinamakan spermatogenesis dan
terjadi didalam epidemis. (Toelihere, 1981).
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah
dan ekor (flagelata. Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini
mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus
lapisan – lapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Bagian tengah sperma
mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk
pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak (Scanlon, 2003).
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti
spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan spermatozoa dalam waktu yang
bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu.
Mari kita simak prosesnya lebih lanjut (Sherwood, 2001):
Proses oogenensis dipengaruhi
oleh beberapa hormon yaitu (Scanlon, 2003):
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
b. Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pengeluaran sel ovum)
c. Hormon estrogen
Estrogen berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
d. Hormon progesteron
Hormon progesteron berfungsi juga untuk menebalkan dinding endometrium.
Pada masa pubertas, oosit primer mengadakan pembelahan meiosis I
menghasilkan satu sel oosit sekunder yang besar dan satu sel badan kutub
pertama (polar body primer) yang lebih kecil. Perbedaan bentuk ini disebabkan
sel oosit sekunder mengandung hampir semua sitoplasma dan kuning telur,
sedangkan sel badan kutub pertama hanya terdiri dari nucleus saja. Oosit
sekunder ini mempunyai kromosom setengah kromosom oosit primer.) (Guyton, 2006).
Pada tahap selanjutnya, oosit
sekunder dan badan kutub
primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder
akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid
dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub
tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga
badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Tahap
pembelaham meiosis I dan II pada Oogenesis adalah sebagai berikut: (Radiopoetro,
2000)
1.
Miosis I
a.
Profase 1
b.
Metafase I
c.
Anafase I
d.
Telofase 1
2.
Miosis 2
a.
Profase II
b.
Metafase II
c.
Anafase II
d.
Telofase II
Guyton & Hall. 2006. Textbook
of Medical Physiology. Philadelphia. Elsevier Saunders.
Johnson,
George B. 2003. The Living World. Ed. ke-5. McGraw-Hill, New York : 79 hlm.
Radiopoetro, 2000.Sistem
Reptroduksi Manusia. Jakarta: Erlangga (halaman.176-177)
Scanlon
& Sanders. 2003. Essential of Anatomy and Physiology. Philadelphia :
F. A. Davis Company.
Sherwood, lauralee. 2001.
Fisiologi Hewan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Toelihere, Mozes. 1981. Fisiologi
Reproduksi pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa.
Wahyu, Hary.
1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Jurusan
Zoologi UGM.
1.
Gilbert, S.F. 1985. Developmental Reproductive
Biology. Sunderland: Sinauere Associates Inc.
2.
Johnson, M., Everitt, B. 1990. Essential in
Reproduction. London: Blackwell Science Pub Oxford.
3.
Oakberg, E.P. 1956. A Description of
Spermatogenesis in the Mouse and Its Use in Analysis of the Cycle of
Seminiferous Epithellium and Germ Cell Renewal. Messachuset: American
Jurnal of Anatomy.
4.
Subratha, I.M. 1998. Spermatogenesis, Kontrol Endokrin
dan Struktur Spermatozoa. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
5.
Barlian, dkk. 2009. Gametogenesis. SITH
ITB : Bandung.
6.
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.
Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
7.
Syamsuri, Istamar. 2003. Biologi SMA
kelas IX. Erlangga. Jakarta.
8.
Toelihere,
M. R. 1981.
Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar