Senin, 20 Oktober 2014

Replikasi

REPLIKASI

Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya terdapat informasi genetik. Mengapa dinamakan asam nukleat karena keberadaan umumnya didalam inti sel (nukleus). Asam nukleat disebut juga polinukleotida karena tersusun dari sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya. Asam nukleat adalah suatu polimer nukleotida yang berperan dalam penyimpanan serta pemindahan informasi genetik (polinukleotida). Asam nukleat terdiri dari Asam deoksiribonukleat (DNA) dan  Asam ribonukleat (RNA).

Setiap nukleotida mempunyai struktur yang terdiri atas gugus fosfatgula pentosa, dan basa nitrogen atau basa nukleotida (basa N). Asam nukleat terdiri dari Asam deoksiribonukleat (DNA) dan Asam ribonukleat (RNA). Asam nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus.

Struktur DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida. Rantai DNA memiliki lebar 22–24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å. Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti rantai.

Replikasi merupakan proses pelipatgandaan DNA. Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang digandakan. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama.

Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan “konjugat” dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk.


Jenis Replikasi DNA
  1. Replikasi konservatif
Pada replikasi konservatif seluruh tangga berpilin DNA awal tetap dipertahankan dan akan mengarahkan pembentukan tangga berpilin baru
  1. Replikasi semikonservatif
Tangga berpilin mengalami pembukaan terlebih dahulu sehingga kedua untai polinukleotida akan saling terpisah. Namun, masing-masing untai ini tetap dipertahankan dan akan bertindak sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untai polinukleotida baru
  1. Replikasi dispersif
Kedua untai polinukleotida mengalami fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-fragmen polinukleotida yang terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen nukleotida baru sehingga fragmen lama dan baru akan dijumpai berselang-seling di dalam tangga berpilin yang baru.
  1. Replikasi semikonservatif

Proses Terjadinya Replikasi DNA
Di antara ketiga cara replikasi DNA yang diusulkan tersebut, hanya cara semikonservatif yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui percobaan yang dikenal dengan nama sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan atau equilibrium density-gradient centrifugation.
Percobaan ini dilaporkan hasilnya pada tahun 1958 oleh M.S. Meselson dan F.W. Stahl. Model replikasi semikonservatif memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk berperan sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untaian DNA baru, dengan demikian, salah satu bagian yang sangat penting dalam proses replikasi DNA  adalah denaturasi awal untaian DNA yang merupakan proses enzimatis. Denaturasi awal terjadi pada bagian DNA yang disebut ORI. Untaian DNA membuka membentuk struktur yang disebut garpu replikasi (replication fork). Garpu replikasi akan bergerak sehingga molekul DNA induk membuka secara bertahap.  Masing-masing untaian DNA yang sudah terpisah, berfungsi sebagai cetakan untuk penempelan nukleotida-nukleotida yang akan menyusun molekul DNA baru. Sekuens basa nitrogen DNA baru sesuai dengan sekuens basa cetakan DNA komplementernya.
Replikasi DNA berlangsung dalam tahapan :
1) Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk
2) Inisiasi sintesis DNA
3) Pemanjangan untaian DNA
4) Ligasi fragmen DNA
5) Terminasi sintesis DNA

Sintesis untaian DNA yang baru akan dimulai segera setelah ke dua untaian DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi. Pemisahan dilakukan oleh enzim DNA helikase. Kedua untaian DNA induk menjadi cetakan dalam orientasi 5’-P ke arah 3’-OH. Jadi, ada dua untaian DNA cetakan yang orientasinya berlawanan. Garpu replikasi akan membuka secara bertahap.

Sintesis untaian DNA baru yang searah dengan pembukaan garpu replikasi akan dapat dilakukan dilakukan tanpa terputus (kontinyu) terhadap untaian DNA awal (leading strand). Sebaliknya, tahap demi tahap (diskontinyu), dilakukan terhadap untaian DNA lambat (lagging strand). Mekanisme replikasi DNA berlangsung secara semidiskontinyu karena ada perbedaan mekanisme dalam proses sintesis kedua untaian DNA. Fragmen-fragmen DNA hasil replikasi diskontinyu (fragmen Okazaki) akan disambung (ligasi) dengan enzim DNA ligase.

Polimerisasi DNA hanya dapat dimulai jika tersedia untai DNA molekul primer. Dalam replikasi DNA in vivo, molekul primer berupa molekul RNA berukuran 10-12 nukleotida. In vitro, misal pada Polymerase Chain Reaction (PCR) diperlukan DNA sebagai molekul primer. Fungsi molekul primer  menyediakan ujung 3’-OH yang akan digunakan untuk menempelkan molekul DNA pertama dalam proses polimerisasi. Sintesis RNA primer dilakukan oleh kompleks protein yg disebut primosom (primase + beberapa protein lain). Diperlukan lebih dari 1 primer untuk proses sintesis pada untaian DNA lambat (lagging strand).

Pada prokariot, polimerisasi dikatalisis DNA polimerase III. Dissosiasi enzim ini dari DNA cetakan terjadi saat bertemu dengan ujung 5’-P DNA primer yang menempel pada bagian lain. DNA primer pada fragmen Okazaki, didegradasi oleh aktivitas eksonuklease yang ada pada enzim DNA polimerase. Bagian RNA yang terdegradasi, diisi oleh molekul DNA, meskipun antar fragmen masih ada celah. Celah terbentuk karena belum ada ikatan fosfodiester antara ujung 3’-OH pada nukleotida terakhir yang disintesis oleh DNA polimerase dengan ujung 5’-P fragmen DNA yang ada didekatnya. Celah ini akan disambung oleh DNA ligase dengan menggunakan NAD atau ATP sebagai sumber energi. Pada untai DNA awal (leading strand) hanya diperlukan satu molekul primer pada titik awal replikasi. Untaian DNA baru disintesis dengan aktivitas DNA polimerase III secara kontinyu. 
 
A.           Replikasi DNA prokariot

Replikasi DNA kromosom prokariot, khususnya bakteri, sangat berkaitan dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ORI pada E. coli, misalnya, berisi empat buah tempat pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb. Sintesis protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga inisiasi replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri.
Pada laju pertumbuhan sel yang sangat tinggi, DNA kromosom prokariot dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua ORI yang baru terbentuk, sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir. Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DNA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40 buah molekul, yang masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah ORI akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP tersebut. Proses ini memerlukan kondisi superkoiling negatif DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga terbuka).
Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang 13 pb yang kaya dengan ATP sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang merupakan enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan energi ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi oleh protein pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (SSB) untuk melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi. Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA primer yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah.
Agar replikasi dapat terus berjalan menjauhi ORI, diperlukan enzim helikase selain DnaB. Hal ini karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran baru berupa superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara alami ternyata tidak cukup untuk mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain, yaitu topoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000 hingga 2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.
Masing-masing bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan berupa eksonuklease 3’ 5’. Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’3’, eksonuklease 5’3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’5’. Eksonuklease 5’3’ membuang primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya, fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180°C dari ori. Di sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV. Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua sel hasil pembelahan.

B.            Replikasi DNA eukariot

Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase. Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs), yang berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ORI.
Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin, garpu replikasi pada eukariot bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada kebanyakan mamalia.
Sederetan pasangan sekuens yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah eukomatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. DNA sentromir dan telomir bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA helikase dan SSB yang disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5’ untai tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariot (telomir) mengandung beratus-ratus sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3’ melampaui ujung 5’. Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai cetakan (templat) bagi penambahan sekuens repetitif pada ujung 3’.
Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami penekanan di dalam sel-sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi genetik, sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.

Replikasi bahan genetik

Replikasi bahan genetik memerlukan beberapa komponen utama yaitu DNA cetakan
  1. Molekul deoksi ribonukleotida : dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP
  2. Enzim DNA polimerase : enzim utama yg mengkatalisa polimerisasi nukleotida menjadi untaian DNA
  3. Enzim primase : mengkatalisis sintesis primer untuk memulai replikasi DNA
  4. Enzim helikase : pembuka ikatan untaian DNA induk. Dibantu oleh enzim girase
  5. Protein SSB (single strand binding protein) : menstabilkan untaian DNA yg sudah terbuka
  6. Enzim DNA ligase : menyambung fragmen-fragmen DNA


DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, Reece BJ, Mitchell LG. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Dale JW & Park SF. 2004. Molecular Genetics of Bacteria. Chichester.: John Willey & Sons Ltd
Waldron I & Doherty J. 2010. From Gene to Protein- Transcription and Translation. Departement of Biology, University of Pennsylvania
Yowono T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga


Diajukan untuk melengkapi tugas dasar0dasar bioteknologi

REPLIKASI








Oleh kelompok :
Cut Shavrina Devinta Fauzi
Dewi Ardiyanti Dalimunthe
Sismeli widiya Sari Selian
Raihan Amelia Putri
Riyandara kusuma
Mhd. Taufiq Lubis
Teuku Rafsanjani
M. Yovan Khalis
T. nasri P. Alam
Nora Usrina
Novita Sari
Rino Bahri
Rini Asbi


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar