Senin, 20 Oktober 2014

Peranan Manajemen dalam Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Infksi pada Hewan



Tugas Makalah Dasar-Dasar Manajemen Kesehatan Hewan

PERANAN MANAJEMEN DALAM PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT INFEKSI PADA HEWAN
(TERUTAMA YANG DISEBABKAN: BAKTERI, VIRUS, DAN PARASIT)


 





Disusun oleh :
Cut Shavrina Devinta Fauzi
1102101010043
Rahmayanti Siregar
1102101010065
Oryona Romadhon
1102101010123




FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014



I.         Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Kesehatan hewan merupakan suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusunnya dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal.

1.2  Identifikasi Masalah
Pada era globalisasi, perubahan status dan situasi penyakit berlangsung sangat cepat dan sulit dihindari yang mampu melintasi negara atau beberapa negara tanpa batas (transbondary disease).  Kejadian penyakit dari suatu negara dapat melintasi ke beberapa negara dalam waktu yang relatif singkat, emerging disease atau kejadian suatu penyakit patogen (high pathogenic) mengalami penurunan patogenitas (low pathogenic) kemudian muncul menjadi re-emerging disease.  Perubahan tingkat patogenitas suatu penyakit sekaligus dapat menjadi media ancaman bioterorisme bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab baik untuk tujuan gangguan stabilitas ekonomi, politik dan sosial.

1.3  Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui manajemen penagendalian dan penanggulanangan dari penyebaran penyakit dan tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas yang diinginkan, mencegah risiko masuk dan tersebarnya penyakit eksotik, menjamin kualitas kesehatan hewan yang baik dan benar serta meningkatkan kualitas dan mengembangkan sistem manajemen yang baik meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi serta pengarsipan.




II.      Tinjauan Pustaka

Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Untuk suatu kegiatan-kegiatan tertentu prosesproses kegiatan harus berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi produksi dan ekonomis serta penggunaan semua sarana dan prasarana secara efektif dengan kaidah-kaidah yang lazim berlaku dalam kesehatan dan kesejahteraan ternak. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut di atas diperlukan sifat interaktif dari proses manajemen.
Ternak yang sehat akan selalu sadar dan cepat tanggap akan perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Beberapa faktor yang menyebabkan hewan sakit antara lain faktor mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, dan faktor lingkungan.
Pemeriksaan umum ternak dimulai dari suatu jarak yang tidak mengganggu ketenangan ternak. Usaha kebersihan lingkungan kandang, seperti lantai yang bersih dan kering, drainase sekitar bangunan kandang yang baik, pengapuran, pengaturan ventilasi kandang yang sempurna dan sebagainya akan mampu membentengi dari serangan berbagai jenis infeksi penyakit. Kesehatan sapi bisa dicapai dengan tindakan hygiene, sanitasi lingkungan, vaksinasi, pemberian pakan dan teknis yang tepat.
Keadaan umum dan kelakuan hewan perlu diperhatikan, hewan dalam keadaan berdiri atau tidur, tingkat kelesuan, kesadaran dan kegelisahan sehingga dapat diketahui ternak tersebut sakit atau tidak, pemeriksaan hewan yang sakit diantaranya memeriksa pakan, minum serta penelitian meliputi adanya tinja dan kemih.


Dalam suatu usaha peternakan ada tiga faktor utama yang sangat penting yang dikenal dengan “Segitiga Emas” (Breeding, Feeding dan Management). Ketiga faktor ini satu sama lain harus selalu berhubungan dan saling menunjang, disamping faktor lainnya yang saling mendukung dari ketiga faktor tersebut yaitu kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemasaran yang tidak boleh diabaikan dengan begitu saja
Pada industri hewan istilah biosecurity berhubungan dengan perlindungan terhadap hewan dari kontaminasi mikroba. Di beberapa negara istilah biosecurity digunakan untuk menggantikan biosafety. Program biosafety bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan terpaparnya (exposure) dari suatu individu atau lingkungan terhadap agen biologik berbahaya.






III.   Pembahasan

Sesuai dengan pengertian manajemen pada umumnya maka  manajemen kesehatan hewan dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan / produktifitas (performance) hewan yang ditargetkan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang diinginkan.
Biosekuriti adalah usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya bibit penyakit hewan menular (bakteri, virus, parasit, jamur) ke dalam suatu peternakan sehingga menimbulkan penyakit yang memiliki dampak ekonomi merugikan.

3.1  Isolasi
Salah satu diantara tiga pilar yang mendukung kesuksesan biosekuriti adalah isolasi. Yang dimaksud isolasi disini adalah usaha untuk membuat seminim mungkin terjadinya kontak antara lingkungan kandang dengan lingkungan luar kandang.
Secara umum isolasi terdiri atas dua hal yang utama, yaitu bioexclusion dan biocontainment. Bioexclusion berarti upaya mencegah masuknya penyakit ke dalam farm, sedangkan biocantoinment adalah upaya mencegah penyakit menyebar ke luar farm. Upaya isolasi ini meliputi 80% dari semua kegiatan biosekuriti. Langkah- langkah penerapan Isolasi dalam kesehatan hewan, yaitu :
1.      Karantina terhadap hewan/ ternak yang baru masuk. Tindakan ini meliputi :
a.       Setiap ternak yang masuk dari luar wilayah ke dalam peternakan harus bebas dari penyakit menular seperti Anhtrax, Brucellosis, Bovinde Genital Camphylobacteriosis (BGC), Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Enzootic Bovine Leucosis (EBL), Bovine Viral Diarrhea (BVD), Leptospirosis, Mastitis, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Tubercullosis (TBC), Salmonellosis, Parasit cacing, Parasit darah dan Orf.
b.      Setiap ternak yang masuk ke dalam peternakan harus dilakukan isolasi di kandang isolasi/karantina sekurang-kurangnya 14 hari sampai dengan 90 hari.
c.       Selama ternak berada di kandang isolasi/karantina dilakukan pengamatan terhadap status kesehatannya dan pengujian di laboratorium terhadap kemungkinan adanya penyakit. Ternak yang dinyatakan sakit dilakukan pengobatan atau diafkir (bagi penyakit-penyakit tertentu) untuk meminimalisir perpindahan penyakit.
d.      Ternak yang sudah keluar dari peternakan apabila dimasukkan kembali harus melalui prosedur perlakuan terhadap ternak yang baru masuk.
2.      Fasilitas perkandangan didesinfeksi secara rutin.
3.      Mencegah hewan liar maupun hewan peliharaan lain ke dalam kandang.
4.      Lokasi peternakan harus berjarak 1 km dari jalan raya, pemukiman, pasar hewan dan tempat pemotongan ternak, perlu juga membuat pagar pembatas yang permanen.
5.      Vaksinasi ternak secara rutin yaitu vaksinasi ternak terhadap penyakit menular, sesuai kebijakan pemerintah.Vaksinasi dilakukan selama setahun 1 kali. Vaksin yang tersedia di Indonesia antara lain:
o   Vaksin SE
o   Vaksin Anthrax
o   Brucellosis (Kluron Menular)
o   BVD

3.2  Pengawasan Lalulintas (Traffic Control)
Agen penyakit dapat ditularkan melalui hewan , pakan, manusia dan peralatan. Oleh karena itu komponen lain yang menunjang keberhasilan biosekuriti adalah traffic control atau pengawasan terhadap lalu lintas/keluar masuk ternak dalam peternakan. Langkah-langkah Traffic Control dalam peternakan yaitu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam traffic control,antara lain :
1.      Ternak yang keluar masuk dalam peternakan, dan perpindahan ternak di dalam area peternakan
Perlu dipastikan bahwa ternak tersebut adalah ternak yang jelas status kesehatannya dan tidak carrier (pembawa) penyakit,misalnya Brucellosis. Akan lebih baik jika hewan ternak yang masuk  dipeternakan sudah divaksinasi. Perpindahan ternak di dalam area peternakan harus mempertimbangkan antara kelompok ternak karantina, pedet, laktasi, bunting dan pejantan untuk meminimalisir penyebaran agen penyakit. Pedet harus terpisah dengan sapi dewasa, karena pedet rawan terserang penyakit.
2.      Kontrol terhadap kendaraan yang keluar masuk area peternakan.
Kendaraan pengangkut pakan, pengangkut feces, pengangkut hewan mati,traktor,dll yang akan masuk area peternakan dalam kondisi bersih. Hal ini untuk menghindari kontaminasi, misalnya disediakannya bak dipping dan entry shower antiseptik untuk kendaraan pada gerbang masuk area.
3.      Kontrol terhadap pengunjung/petugas yang keluar masuk area peternakan.
Pemasangan tanda khusus yang tidak membolehkan setiap orang masuk area peternakan kecuali yang berkepentingan perlu diterapkan. Jarak antara  pengunjung harus memiliki batas terutama di kandang sapi, tempat pencampuran pakan dan klinik hewan. Begitu juga bagi petugas rutin (dokter hewan,paramedis,petugas kandang,dll) jika akan memasuki area peternakan harus dalam kondisi bersih, baik dari pakaian, peralatan dan alas kaki.
4.      Tempat pembuangan atau pembakaran hewan mati ditempatkan jauh terpisah dari area pembibitan.
5.      Program pengendalian hewan yang dapat menyebarkan penyakit (misal rodensia,dll). Rodensia berperan sebagai vektor/pembawa agen penyakit.

3.3  Sanitasi
Sanitasi dalam sebuah peternakan dilakukan selain untuk mencegah terjangkitnya penyakit juga untuk meminimalkan kemungkinan penularan penyakit. Sanitasi dalam sebuah peternakan harus disiplin diterapkan demi menunjang keberhasilan program biosekuriti. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penerapan program sanitasi dalam peternakan sapi perah, yaitu :
1.         Sanitasi orang dan peralatan yang keluar masuk di area Peternakan.
Setiap orang dengan pakaian dan alas kaki yang digunakan di area peternakan harus dalam kondisi bersih. Termasuk juga pengunjung wajib mematuhi tindakan sanitasi dengan ketat. Sepatu booth atau alas kaki sebelum masuk ke area perkandangan harus bersih dan disikat dari kotoran kemudian di dipping dengan didesinfektan.
-     Gunakan secara terpisah peralatan pakan dan pembersih kandang, atau bersihkan dengan cermat bila akan digunakan lagi.
-     Jangan tinggalkan alat pembersih kotoran dalam kandang kelompok ternak lain.
-     Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan pakan dan peralatan handling hewan ternak.
-     Bersihkan peralatan yang tercemar sebelum digunakan pada kelompok hewan ternak yang sehat.
-     Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan medis ternak.
-     Pencegah  kontaminasi kotoran dari hewan ternak dengan pakan dan peralatan yang digunakan secara oral. Jangan menapak pada bak pakan, karena akan mencemari pakan
2.         Sanitasi Kandang dan Kendaraan yang masuk area peternakan
3.         Sanitasi pakan.
a.    Bersihkan kandang, tempat makan dan minum secara rutin dan semprotkan disinfektan secara berkala. Sisa pakan yang tidak habis segera dibersihkan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
b.    Bersihkan dan disinfeksi kendaraan yang akan masuk ke area peternakan. Setiap peternakan yang menerapkan biosekuriti harus mempunyai bak dipping dan entry shower antiseptik untuk kendaraan pada gerbang masuk area.
c.    Sanitasi terhadap pakan hewan adalah sebagai kontrol terhadap penyakit melalui oral. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitasi pakan, yaitu :
-     Apakah sumber air/air terkontaminasi dengan feces/kotoran, sisa jaringan atau oleh rodensia.
-     Penyiapan dan pemberian rumput, karena rumput dapat terkontaminasi oleh pupuk yang berpotensi menularkan penyakit.
-     Penggunaan pakan konsentrat juga perlu diperhatikan proses penyimpanan dan pencampuran karena berpotensi terhadap pertumbuhan bakteri, misalnya Salmonella.
4.         Sanitasi hewan/Ternak.
Secara rutin hewan ternak dimandikan, pada sapi laktasi sebaiknya sehabis pemerahan, karena jika dimandikan sebelum pemerahan maka tubuh sapi yang basah akan mencemari susu.
5.         Sanitasi pemerahan.
a.         Sanitasi sebelum pemerahan :
-        Pemerah dalam keadaan sehat,jika diperah dengan mesin pemerah, maka mesin perah dan perangkatnya dalam keadaan bersih dan sudah didesinfeksi.
-        Pakaian harus bersih.
-        Mencuci tangan sebelum memerah atau memerah sapi berikutnya.
-        Tangan dalam keadaan kering dan bersih pada saat memerah.
b.        Sanitasi pada saat pemerahan :
-        Ambing sapi dibersihkan dengan lap yang telah dibasahi dengan air hangat atau larutan desinfektan.
-        Kain lap yang kotor/sudah terpakai dimasukkan dalam ember yang lain, tidak dicampur dengan kain lap yang bersih/belum dipakai.
-        Masukkan 3-4 pancaran susu dari masing-masing puting ke dalam strip cup atau paddle untuk pengamatan penyakit mastitis.
-        Pemerahan dimulai dari sapi atau ambing yang sehat. Sapi yang terkena mastitis diperah terakhir.
c.         Sanitasi setelah pemerahan :
-        Sapi yang selesai diperah dilakukan dipping puting atau bisa juga puting disemprot dengan larutan desinfektan, misalnya : septisol (iodine 4%)
6.         Sanitasi ruang dan peralatan penampungan susu.
a.         Ruang penampungan susu harus terpisah/jauh dari kandang.
b.        Ruang dan alat penampungan susu harus senantiasa bersih . Sebelum digunakan untuk menampung susu milk can harus dibersihkan dengan disikat dan disabun setelah itu dibilas dengan air bersih dan dibilas lagi dengan air panas 40C atau larutan desinfektan, misalnya : kaporit dosis 200 ppm. Setelah itu milk can diletakkan terbalik di rak sampai kering.



IV.   Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pengendalian dan penanggulangan kesehatan hewan ternak ini penting untuk dilakukan karena dengan demikian dapat diketahui kondisi  dari hewan ternak tersebut dan dapat mencegah penyakit untuk masuk ke dalam ternak dan jika ternak tersebut telah terkena penyakit kita dapat mengobati sesuai dengan penyakit yang diderita ternak.
Pemeriksaan berdasarkan parameternya kita dapat melakukan dengan cara inveksi, falfasi dan pengukuran suhu tubuh yang akan mempermudah petugas kesehatan ternak dalam pemeriksaanya. Dan tinggah laku ternak pun dapat membantu proses pengecekan kesehatan.
Adanya tindakan-tindakan seperti Biosecurity, Isolasi, Traffic control dan Sanitasi dapat membantu tercapainya pencegahan dan penanggulangan terjadinya penyakit infeksi pada hewan.


Daftar Kepustakaan

Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
Anonim. 2007.Petunjuk Teknis Kesehatan Hewan dan Biosekuriti pada Unit Pelaksana Teknis Perbibitan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian
Charles E. Gardner. 2010. Practical biosecurity in today’s dairy industry. http://www.ruminantpro.com
 James S. Cullor DVM,Phd. 2004. Applied Biosecurity for Dairy Farm. Veterinary Medicine Teaching and Research Center. University of California. Tulare. CA 93274
 John H.Kirk,DVM,MPVM. 2011. Practical Biosecurity for Dairies : Where is The Evidence and Does it Really Matter?. http://www.vetmed.UC Davis.edu
John Woodger. 2011. Biosecurity and Hygiene on The Dairy Farm. Farmcare GB Ltd. http://www.farcaregb.com
 Majalah Trobos. 2010. Biosekuriti Garda Terdepan Amankan Kesehatan. Februari. Jakarta
Siregar, B.S. 1997. Penggemukkan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugeng, Y. B. 2000.Ternak Potong dan Kerja. Edisi I. CV. Swadaya, Jakarta.
 Wisconsin Veterinary Diagnostic Laboratory. 2010. Biosecurity For Dairy Farm. http://www.wvdl.wisc.edu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar