Tugas
Makalah Dasar-Dasar Manajemen Kesehatan Hewan
PERANAN
MANAJEMEN DALAM PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT INFEKSI PADA HEWAN
(TERUTAMA
YANG DISEBABKAN: BAKTERI, VIRUS, DAN PARASIT)
Disusun
oleh :
Cut
Shavrina Devinta Fauzi
1102101010043
Rahmayanti
Siregar
1102101010065
Oryona
Romadhon
1102101010123
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014
I.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kesehatan
hewan merupakan suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel yang
menyusunnya dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi
normal.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada
era globalisasi, perubahan status dan situasi penyakit berlangsung sangat cepat
dan sulit dihindari yang mampu melintasi negara atau beberapa negara tanpa
batas (transbondary disease). Kejadian penyakit dari suatu negara
dapat melintasi ke beberapa negara dalam waktu yang relatif singkat, emerging
disease atau kejadian suatu penyakit patogen (high pathogenic)
mengalami penurunan patogenitas (low pathogenic) kemudian muncul menjadi
re-emerging disease. Perubahan tingkat patogenitas suatu penyakit
sekaligus dapat menjadi media ancaman bioterorisme bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab baik untuk tujuan gangguan stabilitas ekonomi, politik dan
sosial.
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui
manajemen penagendalian dan penanggulanangan dari penyebaran penyakit dan
tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas yang diinginkan, mencegah
risiko masuk dan tersebarnya penyakit eksotik, menjamin kualitas kesehatan
hewan yang baik dan benar serta meningkatkan kualitas dan mengembangkan sistem
manajemen yang baik meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pelaporan dan evaluasi serta pengarsipan.
II.
Tinjauan
Pustaka
Manajemen
kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi
sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan,
kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki
kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Manajemen
kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis
untuk menjalankan suatu pekerjaan. Untuk suatu kegiatan-kegiatan tertentu
prosesproses kegiatan harus berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi produksi dan
ekonomis serta penggunaan semua sarana dan prasarana secara efektif dengan
kaidah-kaidah yang lazim berlaku dalam kesehatan dan kesejahteraan ternak. Untuk
mencapai tujuan yang diinginkan tersebut di atas diperlukan sifat interaktif
dari proses manajemen.
Ternak yang sehat akan selalu sadar dan cepat tanggap akan perubahan
situasi sekitar yang mencurigakan. Beberapa faktor yang menyebabkan hewan sakit
antara lain faktor mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, dan
faktor lingkungan.
Pemeriksaan umum ternak dimulai dari suatu jarak yang tidak mengganggu
ketenangan ternak. Usaha kebersihan lingkungan kandang, seperti lantai
yang bersih dan kering, drainase sekitar bangunan kandang yang baik,
pengapuran, pengaturan ventilasi kandang yang sempurna dan sebagainya akan
mampu membentengi dari serangan berbagai jenis infeksi penyakit. Kesehatan sapi
bisa dicapai dengan tindakan hygiene, sanitasi lingkungan, vaksinasi, pemberian
pakan dan teknis yang tepat.
Keadaan umum dan kelakuan hewan perlu diperhatikan, hewan dalam keadaan
berdiri atau tidur, tingkat kelesuan, kesadaran dan kegelisahan sehingga dapat
diketahui ternak tersebut sakit atau tidak, pemeriksaan hewan yang sakit
diantaranya memeriksa pakan, minum serta penelitian meliputi adanya tinja dan
kemih.
Dalam
suatu usaha peternakan ada tiga faktor utama yang sangat penting yang dikenal
dengan “Segitiga Emas” (Breeding, Feeding dan
Management). Ketiga faktor ini satu sama lain harus selalu berhubungan
dan saling menunjang, disamping faktor lainnya yang saling mendukung dari
ketiga faktor tersebut yaitu kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemasaran
yang tidak boleh diabaikan dengan begitu saja
Pada
industri hewan istilah biosecurity berhubungan dengan perlindungan
terhadap hewan dari kontaminasi mikroba. Di beberapa negara istilah biosecurity
digunakan untuk menggantikan biosafety. Program biosafety bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan terpaparnya (exposure) dari suatu
individu atau lingkungan terhadap agen biologik berbahaya.
III.
Pembahasan
Sesuai dengan pengertian manajemen pada umumnya maka manajemen kesehatan hewan dapat diartikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan
sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan / produktifitas (performance) hewan
yang ditargetkan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang
diinginkan.
Biosekuriti adalah usaha untuk mencegah masuk dan
menyebarnya bibit penyakit hewan menular (bakteri, virus, parasit, jamur) ke
dalam suatu peternakan sehingga menimbulkan penyakit yang memiliki dampak
ekonomi merugikan.
3.1 Isolasi
Salah satu
diantara tiga pilar yang mendukung kesuksesan biosekuriti adalah isolasi. Yang
dimaksud isolasi disini adalah usaha untuk membuat seminim mungkin terjadinya
kontak antara lingkungan kandang dengan lingkungan luar kandang.
Secara umum
isolasi terdiri atas dua hal yang utama, yaitu bioexclusion dan biocontainment.
Bioexclusion berarti upaya mencegah masuknya penyakit ke dalam
farm, sedangkan biocantoinment adalah upaya mencegah penyakit
menyebar ke luar farm. Upaya isolasi ini meliputi 80% dari semua kegiatan
biosekuriti. Langkah- langkah penerapan
Isolasi dalam kesehatan hewan, yaitu :
1.
Karantina terhadap hewan/ ternak yang baru masuk.
Tindakan ini meliputi :
a.
Setiap ternak yang masuk dari luar wilayah ke dalam peternakan
harus bebas dari penyakit menular seperti Anhtrax, Brucellosis, Bovinde Genital
Camphylobacteriosis (BGC), Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Enzootic
Bovine Leucosis (EBL), Bovine Viral Diarrhea (BVD), Leptospirosis, Mastitis, Penyakit
Mulut dan Kuku (PMK), Tubercullosis (TBC), Salmonellosis, Parasit cacing, Parasit
darah dan Orf.
b.
Setiap ternak yang masuk ke dalam peternakan harus
dilakukan isolasi di kandang isolasi/karantina sekurang-kurangnya 14 hari
sampai dengan 90 hari.
c.
Selama ternak berada di kandang isolasi/karantina
dilakukan pengamatan terhadap status kesehatannya dan pengujian di laboratorium
terhadap kemungkinan adanya penyakit. Ternak yang dinyatakan sakit dilakukan
pengobatan atau diafkir (bagi penyakit-penyakit tertentu) untuk meminimalisir
perpindahan penyakit.
d.
Ternak yang sudah keluar dari peternakan apabila
dimasukkan kembali harus melalui prosedur perlakuan terhadap ternak yang baru
masuk.
2.
Fasilitas perkandangan didesinfeksi secara rutin.
3.
Mencegah hewan liar maupun hewan peliharaan lain ke
dalam kandang.
4.
Lokasi peternakan harus berjarak 1 km dari jalan raya,
pemukiman, pasar hewan dan tempat pemotongan ternak, perlu juga membuat pagar
pembatas yang permanen.
5.
Vaksinasi ternak secara rutin yaitu vaksinasi ternak terhadap penyakit menular, sesuai
kebijakan pemerintah.Vaksinasi dilakukan selama setahun 1 kali. Vaksin yang
tersedia di Indonesia antara lain:
o Vaksin SE
o Vaksin Anthrax
o Brucellosis (Kluron Menular)
o BVD
3.2 Pengawasan
Lalulintas (Traffic Control)
Agen penyakit dapat ditularkan
melalui hewan , pakan, manusia dan peralatan. Oleh karena itu komponen lain
yang menunjang keberhasilan biosekuriti adalah traffic control atau
pengawasan terhadap lalu lintas/keluar masuk ternak dalam peternakan. Langkah-langkah Traffic Control dalam
peternakan yaitu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam traffic
control,antara lain :
1.
Ternak yang keluar masuk dalam peternakan, dan
perpindahan ternak di dalam area peternakan
Perlu dipastikan bahwa ternak tersebut adalah ternak
yang jelas status kesehatannya dan tidak carrier (pembawa)
penyakit,misalnya Brucellosis. Akan lebih baik jika hewan ternak yang
masuk dipeternakan sudah divaksinasi.
Perpindahan ternak di dalam area peternakan harus mempertimbangkan antara
kelompok ternak karantina, pedet, laktasi, bunting dan pejantan untuk
meminimalisir penyebaran agen penyakit. Pedet harus terpisah dengan sapi
dewasa, karena pedet rawan terserang penyakit.
2.
Kontrol terhadap kendaraan yang keluar masuk area
peternakan.
Kendaraan pengangkut pakan, pengangkut feces,
pengangkut hewan mati,traktor,dll yang akan masuk area peternakan dalam kondisi
bersih. Hal ini untuk menghindari kontaminasi, misalnya disediakannya bak dipping
dan entry shower antiseptik untuk kendaraan pada gerbang masuk area.
3.
Kontrol terhadap pengunjung/petugas yang keluar masuk
area peternakan.
Pemasangan tanda khusus yang tidak membolehkan setiap
orang masuk area peternakan kecuali yang berkepentingan perlu diterapkan. Jarak
antara pengunjung harus memiliki batas
terutama di kandang sapi, tempat pencampuran pakan dan klinik hewan. Begitu
juga bagi petugas rutin (dokter hewan,paramedis,petugas kandang,dll) jika akan
memasuki area peternakan harus dalam kondisi bersih, baik dari pakaian,
peralatan dan alas kaki.
4.
Tempat pembuangan atau pembakaran hewan mati
ditempatkan jauh terpisah dari area pembibitan.
5.
Program pengendalian hewan yang dapat menyebarkan
penyakit (misal rodensia,dll). Rodensia berperan sebagai vektor/pembawa agen
penyakit.
3.3 Sanitasi
Sanitasi dalam sebuah peternakan
dilakukan selain untuk mencegah terjangkitnya penyakit juga untuk meminimalkan
kemungkinan penularan penyakit. Sanitasi dalam sebuah peternakan harus disiplin
diterapkan demi menunjang keberhasilan program biosekuriti. Ada beberapa
langkah yang harus dilakukan dalam penerapan program sanitasi dalam peternakan
sapi perah, yaitu :
1.
Sanitasi orang dan peralatan yang keluar masuk di area
Peternakan.
Setiap orang dengan pakaian dan alas kaki yang
digunakan di area peternakan harus dalam kondisi bersih. Termasuk juga
pengunjung wajib mematuhi tindakan sanitasi dengan ketat. Sepatu booth atau
alas kaki sebelum masuk ke area perkandangan harus bersih dan disikat dari
kotoran kemudian di dipping dengan didesinfektan.
-
Gunakan secara terpisah peralatan pakan dan pembersih
kandang, atau bersihkan dengan cermat bila akan digunakan lagi.
-
Jangan tinggalkan alat pembersih kotoran dalam kandang
kelompok ternak lain.
-
Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan pakan
dan peralatan handling hewan ternak.
-
Bersihkan peralatan yang tercemar sebelum digunakan
pada kelompok hewan ternak yang sehat.
-
Bersihkan dan disinfeksi secara rutin peralatan medis
ternak.
-
Pencegah kontaminasi kotoran dari hewan ternak dengan
pakan dan peralatan yang digunakan secara oral. Jangan menapak pada bak pakan,
karena akan mencemari pakan
2.
Sanitasi Kandang dan Kendaraan yang masuk area
peternakan
3.
Sanitasi pakan.
a.
Bersihkan kandang, tempat makan dan minum secara rutin
dan semprotkan disinfektan secara berkala. Sisa pakan yang tidak habis segera
dibersihkan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
b.
Bersihkan dan disinfeksi kendaraan yang akan masuk ke
area peternakan. Setiap peternakan yang menerapkan biosekuriti harus mempunyai
bak dipping dan entry shower antiseptik untuk kendaraan pada gerbang
masuk area.
c.
Sanitasi terhadap pakan hewan adalah sebagai kontrol
terhadap penyakit melalui oral. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
sanitasi pakan, yaitu :
-
Apakah sumber air/air terkontaminasi dengan
feces/kotoran, sisa jaringan atau oleh rodensia.
-
Penyiapan dan pemberian rumput, karena rumput dapat
terkontaminasi oleh pupuk yang berpotensi menularkan penyakit.
-
Penggunaan pakan konsentrat juga perlu diperhatikan
proses penyimpanan dan pencampuran karena berpotensi terhadap pertumbuhan
bakteri, misalnya Salmonella.
4.
Sanitasi hewan/Ternak.
Secara rutin hewan ternak dimandikan, pada sapi
laktasi sebaiknya sehabis pemerahan, karena jika dimandikan sebelum pemerahan
maka tubuh sapi yang basah akan mencemari susu.
5.
Sanitasi pemerahan.
a.
Sanitasi sebelum pemerahan :
-
Pemerah dalam keadaan sehat,jika diperah dengan mesin
pemerah, maka mesin perah dan perangkatnya dalam keadaan bersih dan sudah
didesinfeksi.
-
Pakaian harus bersih.
-
Mencuci tangan sebelum memerah atau memerah sapi
berikutnya.
-
Tangan dalam keadaan kering dan bersih pada saat
memerah.
b.
Sanitasi pada saat pemerahan :
-
Ambing sapi dibersihkan dengan lap yang telah dibasahi
dengan air hangat atau larutan desinfektan.
-
Kain lap yang kotor/sudah terpakai dimasukkan dalam
ember yang lain, tidak dicampur dengan kain lap yang bersih/belum dipakai.
-
Masukkan 3-4 pancaran susu dari masing-masing puting
ke dalam strip cup atau paddle untuk pengamatan penyakit mastitis.
-
Pemerahan dimulai dari sapi atau ambing yang sehat.
Sapi yang terkena mastitis diperah terakhir.
c.
Sanitasi setelah pemerahan :
-
Sapi yang selesai diperah dilakukan dipping
puting atau bisa juga puting disemprot dengan larutan desinfektan, misalnya :
septisol (iodine 4%)
6.
Sanitasi ruang dan peralatan penampungan susu.
a.
Ruang penampungan susu harus terpisah/jauh dari
kandang.
b.
Ruang dan alat penampungan susu harus senantiasa
bersih . Sebelum digunakan untuk menampung susu milk can harus
dibersihkan dengan disikat dan disabun setelah itu dibilas dengan air bersih
dan dibilas lagi dengan air panas 40⁰C atau
larutan desinfektan, misalnya : kaporit dosis 200 ppm. Setelah itu milk can
diletakkan terbalik di rak sampai kering.
IV.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pengendalian
dan penanggulangan kesehatan hewan ternak ini penting untuk dilakukan karena
dengan demikian dapat diketahui kondisi dari hewan ternak tersebut dan dapat mencegah
penyakit untuk masuk ke dalam ternak dan jika ternak tersebut telah terkena
penyakit kita dapat mengobati sesuai dengan penyakit yang diderita ternak.
Pemeriksaan berdasarkan parameternya
kita dapat melakukan dengan cara inveksi, falfasi dan pengukuran suhu tubuh
yang akan mempermudah petugas kesehatan ternak dalam pemeriksaanya. Dan tinggah
laku ternak pun dapat membantu proses pengecekan kesehatan.
Adanya tindakan-tindakan seperti
Biosecurity, Isolasi, Traffic control dan Sanitasi dapat membantu tercapainya
pencegahan dan penanggulangan terjadinya penyakit infeksi pada hewan.
Daftar
Kepustakaan
Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
Anonim. 2007.Petunjuk Teknis Kesehatan Hewan dan Biosekuriti pada Unit
Pelaksana Teknis Perbibitan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen
Pertanian
Charles E. Gardner. 2010. Practical biosecurity in today’s dairy
industry. http://www.ruminantpro.com
James S. Cullor DVM,Phd. 2004. Applied Biosecurity for Dairy Farm.
Veterinary Medicine Teaching and Research Center. University of California.
Tulare. CA 93274
John H.Kirk,DVM,MPVM. 2011. Practical Biosecurity for Dairies :
Where is The Evidence and Does it Really Matter?. http://www.vetmed.UC Davis.edu
John Woodger. 2011. Biosecurity and Hygiene on The Dairy Farm.
Farmcare GB Ltd. http://www.farcaregb.com
Majalah Trobos. 2010. Biosekuriti Garda Terdepan Amankan Kesehatan.
Februari. Jakarta
Siregar, B.S. 1997. Penggemukkan
Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugeng, Y. B. 2000.Ternak Potong dan Kerja. Edisi I.
CV. Swadaya, Jakarta.
Wisconsin Veterinary Diagnostic Laboratory. 2010. Biosecurity For
Dairy Farm. http://www.wvdl.wisc.edu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar