Sabtu, 15 Juni 2013

Penanganan Pyometra pada Sapi


Pyometra berasal dari kata pyo artinya nanah dan metra artinya uterus. Pyometra berarti peradangan yang kronis dari mukosa uterus (endometrium)yang ditandai dengan adanya pengumpulan nanah dalam uterus, dapat menyebabkan gangguan reproduksi yang bersifat sementara (infertil) atau permanen (majir). Kasus Pyometra secara sepintas mirip dengan sapi yang sedang bunting karena keduanya menyebabkan pembesaran perut. Oleh karena itu perlu dibedakan antara keduanya.

Pengobatan awal ditujukan kepada upaya membuka serviks dan kontraksi uterus sehingga nanah dapat dipaksa mengalir ke luar, diikuti dengan mengadakan irigasi dengan obat antiseptik dengan maksud untuk membersihkan sisa-sisa nanah dalam uterus, kemudian diobati dengan antibiotika dengan maksud untuk membunuh mikroorganisme penyebabnya. Pada kasus pyometra pada prinsipnya semua jenis antiseptik dapat digunakan untuk irigasi. Tetapi dianjurkan adalah antiseptik yang paling ringan dalam menimbulkan iritasi pada selaput lendir endometrium atau selaput mukosa uterus.
Dewasa ini yang dianjurkan adalah Povidon Iodin 2%. Irigasi ke dalam saluran uterus dapat juga dilakukan dengan larutan yodium 1-2 %, kadang-kadang dapat memberikan hasil yang cukup baik dalam usaha mengeluarkan nanah dari uterus. Stimulasi pada uterus dapat dilakukan dengan cairan antiseptis seperti larutan lugol sebanyak 2,5 ml yang dicampur kedalam 250 ml aquades. Irigasi dilakukan dengan kateter dan larutan dikeluarkan kembali setelah diurut uterusnya.
Dengan irigasi ini, sisa nanah yang terkumpul dapat dikeluarkan walaupun tidak keseluruhan nanah habis. Fertilitas yang baik jarang terjadi pada induk setelah menderita pyometra ini, kecuali kalau mikroorganisme yang menyebabkan infeksi ini dapat secara keseluruhan dibasmi. Antibiotik yang dapat berikan adalah intrauterin Penisilin bersama-sama dengan streptomisin yang dilarutkan kedalam aquades atau oksitetrasiklin (terramisin) dilarutkan kedalam NaCl Fisiologis dimasukkan kedalam uterus dengan kateter. Penggunaan antibiotika diterapkan setelah semua nanah dalam uterus dikeluarkan semua melalui irigasi dengan antiseptik. Karena itu irigasi dengan antiseptik hendaknya menjadi prioritas pertama dan utama, baru kemudian antibiotika dan bila perlu dipertimbangkan penggunaan antibiotika sistemik atau perinjeksi, setelah irigasi dengas antiseptik betul-betul tuntas.

Sinkronisasi berahi

Sinkronisasi estrus merupakan teknik pengontrolan siklus estrus dengan menggunakan hormon reproduksi yang diberikan dari luar tubuh, sehingga proses perkawinan ternak betina dapat ditentukan pada waktu tertentu. Teknik ini memungkinkan terjadinya pengontrolan dalam hal manajemen pemeliharaan ternak, anak dan perolehan produk, dan dapat meningkatkan efisiensi reproduksi ternak. Secara ekonomis, teknik ini memiliki nilai yang tinggi untuk meningkatkan produksi daging dan susu pada kambing bangsa perah. Efisiensi reproduksi yang dimaksud adalah terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas ternak dalam waktu singkat.
Adapun secara prinsip terdapat dua cara dalam program Sinkronisasi Estrus yaitu dengan menjaga keberadaan atau mempercepat lisisnya corpus luteum. Penjagaan CL dilakukan dengan memberikan hormon progesterone, sedangkan percepatan lisis CL dilakukan dengan memberikan hormon prostaglandin. Prostaglandin F2α pada mamalia diproduksi oleh uterus setelah adanya stimulasi dari oxytocin, dimana tidak terjadi proses implantasi selama fase follikuler. Fungsinya adalah agar terjadi proses luteolysis, pembentukan corpus albicans dan menghentikan produksi progesteron. Prostaglandin F2α dapat bekerja tergantung pada jumlah reseptor yang ada pada membran corpus luteum.
Conception Rate merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam usaha pembibitan dan m  elakukan suatu penyeragaman kelahiran pada terna. Sinkronisasi adalah satu upaya untuk menyeragamkan terjadinya estrus pada ternak dalam satu kelompok induk, proses bersalinnya dapat diatur pada rentang waktu tertentu. Sinkronisasi estrus dilakukan untuk menghemat waktu dan mempermudah pelaksanaan deteksi berahi, penggunaan hormon reproduksi merupakan kunci pelaksanaan sinkronisasi berahi.

A.    Hormon
Progesteron, Prostaglandin (PGF2α), Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) merupakan beberapa hormone yang berpengaruh terhadap proses berahi. Hormon-hormon ini digunakan secara terpisah atau bersama-sama

1.      Progesteron adalah hormon yang digunakan untuk mempertahankan kehamilan. Progesteron secara alami berada dalam bentuk (progesteron) atau sintetik (progestin). Saat terjadi pelepasan sel telur (ovulasi) akan terbentuk corpus hemorrhagicum, yang dengan cepat (dalam waktu 4 sampai 7 hari) berkembang menjadi corpus luteum (CL). CL akan menghasilkan progesteron di dalam aliran darah dan setelah CL matang, konsentrasi progesteron meningkat.
2.      Prostaglandin (PGF2α), disekresi dari rahim betina saat tidak terjadi kebuntingan. Prostaglandin menyebabkan CL luruh dan akan menyebabkan konsentrasi progesteron menurun dengan cepat.
3.      Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dikeluarkan dari hipotalamus dan mempengaruhi hipofisis anterior. Saat konsentrasi progesteron meningkat, konsentrasi GnRH menurun. Jika CL meluruh, konsentrasi progesteron akan berkurang dalam aliran darah dan akan menyebabkan peningkatan konsentrasi GnRH.
4.      Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang ada pada ovarium (indung telur) akan meningkatkan jumlah telur. Biasa digunakan dalam transfer embrio untuk terjadinya superovulasi.
5.      Luteinizing Hormone (LH) diinjeksikan untuk meningkatkan jumlah folikel yang dihasilkan.

Terjadinya estrus setelah pemberian hormon PGF2α disebabkan karena lisisnya CL pada ovarium, sehingga kadar progesterone dalam darah menurun. Menurunnya kadar progesterone selanjutnya memberikan umpan balik positif ke hipofisa untuk melepaskan hormon FSH dan LH. Sejalan dengan dikeluarkannya hormon FSH maka terjadi perkembangan folikel yang kemudian menghasilkan hormon estrogen yang mengakibatkan ternak betina mengalami estrus.

B.     Produk dan Dosis Rekomendasi
1.      PROSTAGLANDIN
Lutalyse 5 ml, intra muskular
Estrumate 2 ml, intra muskular
IN-SYNC 5 ml, intra muskular
2.      PROGESTIN
CIDR Intra vagina
MGA 0,6 mg/ekor/hari, per oral
3.      GnRH
Cytrolrein 2 ml intra muscular atau intra vena
Factrel 2 ml intra muscular
Fertagyl 2 ml intra muscular atau intra vena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar