Pyometra
berasal dari kata pyo artinya nanah dan metra artinya uterus. Pyometra
berarti peradangan yang kronis dari mukosa uterus (endometrium)yang ditandai
dengan adanya pengumpulan nanah dalam uterus, dapat menyebabkan gangguan
reproduksi yang bersifat sementara (infertil) atau permanen (majir). Kasus
Pyometra secara sepintas mirip dengan sapi yang sedang bunting karena
keduanya menyebabkan pembesaran perut. Oleh karena itu perlu dibedakan antara
keduanya.
|
Pengobatan awal ditujukan kepada upaya
membuka serviks dan kontraksi uterus sehingga nanah dapat dipaksa mengalir ke
luar, diikuti dengan mengadakan irigasi dengan obat antiseptik dengan maksud
untuk membersihkan sisa-sisa nanah dalam uterus, kemudian diobati dengan
antibiotika dengan maksud untuk membunuh mikroorganisme penyebabnya. Pada kasus
pyometra pada prinsipnya semua jenis antiseptik dapat digunakan untuk irigasi.
Tetapi dianjurkan adalah antiseptik yang paling ringan dalam menimbulkan
iritasi pada selaput lendir endometrium atau selaput mukosa uterus.
Dewasa ini yang dianjurkan adalah
Povidon Iodin 2%. Irigasi ke dalam saluran uterus dapat juga dilakukan dengan
larutan yodium 1-2 %, kadang-kadang dapat memberikan hasil yang cukup baik
dalam usaha mengeluarkan nanah dari uterus. Stimulasi pada uterus dapat
dilakukan dengan cairan antiseptis seperti larutan lugol sebanyak 2,5 ml yang
dicampur kedalam 250 ml aquades. Irigasi dilakukan dengan kateter dan larutan
dikeluarkan kembali setelah diurut uterusnya.
Dengan irigasi ini, sisa nanah yang
terkumpul dapat dikeluarkan walaupun tidak keseluruhan nanah habis. Fertilitas
yang baik jarang terjadi pada induk setelah menderita pyometra ini, kecuali
kalau mikroorganisme yang menyebabkan infeksi ini dapat secara keseluruhan
dibasmi. Antibiotik yang dapat berikan adalah intrauterin Penisilin
bersama-sama dengan streptomisin yang dilarutkan kedalam aquades atau
oksitetrasiklin (terramisin) dilarutkan kedalam NaCl Fisiologis dimasukkan kedalam
uterus dengan kateter. Penggunaan antibiotika diterapkan setelah semua nanah
dalam uterus dikeluarkan semua melalui irigasi dengan antiseptik. Karena itu
irigasi dengan antiseptik hendaknya menjadi prioritas pertama dan utama, baru
kemudian antibiotika dan bila perlu dipertimbangkan penggunaan antibiotika
sistemik atau perinjeksi, setelah irigasi dengas antiseptik betul-betul tuntas.
Sinkronisasi
berahi
Sinkronisasi estrus merupakan teknik
pengontrolan siklus estrus dengan menggunakan hormon reproduksi yang diberikan
dari luar tubuh, sehingga proses perkawinan ternak betina dapat ditentukan pada
waktu tertentu. Teknik ini memungkinkan terjadinya pengontrolan dalam hal
manajemen pemeliharaan ternak, anak dan perolehan produk, dan dapat
meningkatkan efisiensi reproduksi ternak. Secara ekonomis, teknik ini memiliki
nilai yang tinggi untuk meningkatkan produksi daging dan susu pada kambing
bangsa perah. Efisiensi reproduksi yang dimaksud adalah terjadinya peningkatan
kualitas dan kuantitas ternak dalam waktu singkat.
Adapun secara prinsip terdapat dua
cara dalam program Sinkronisasi Estrus yaitu dengan menjaga keberadaan atau
mempercepat lisisnya corpus luteum. Penjagaan CL dilakukan dengan memberikan
hormon progesterone, sedangkan percepatan lisis CL dilakukan dengan memberikan
hormon prostaglandin. Prostaglandin F2α pada mamalia diproduksi oleh uterus
setelah adanya stimulasi dari oxytocin, dimana tidak terjadi proses implantasi
selama fase follikuler. Fungsinya adalah agar terjadi proses luteolysis,
pembentukan corpus albicans dan menghentikan produksi progesteron.
Prostaglandin F2α dapat bekerja tergantung pada jumlah reseptor yang ada pada
membran corpus luteum.
Conception Rate merupakan salah satu
indikator keberhasilan dalam usaha pembibitan dan m elakukan suatu penyeragaman kelahiran pada
terna. Sinkronisasi adalah satu upaya untuk menyeragamkan terjadinya estrus
pada ternak dalam satu kelompok induk, proses bersalinnya dapat diatur pada
rentang waktu tertentu. Sinkronisasi estrus dilakukan untuk menghemat waktu dan
mempermudah pelaksanaan deteksi berahi, penggunaan hormon reproduksi merupakan
kunci pelaksanaan sinkronisasi berahi.
A.
Hormon
Progesteron, Prostaglandin (PGF2α), Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) merupakan beberapa hormone yang berpengaruh terhadap proses berahi. Hormon-hormon ini digunakan secara terpisah atau bersama-sama
Progesteron, Prostaglandin (PGF2α), Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) merupakan beberapa hormone yang berpengaruh terhadap proses berahi. Hormon-hormon ini digunakan secara terpisah atau bersama-sama
1.
Progesteron adalah hormon yang digunakan untuk
mempertahankan kehamilan. Progesteron secara alami berada dalam bentuk
(progesteron) atau sintetik (progestin). Saat terjadi pelepasan sel telur
(ovulasi) akan terbentuk corpus hemorrhagicum, yang dengan cepat (dalam waktu 4
sampai 7 hari) berkembang menjadi corpus luteum (CL). CL akan menghasilkan
progesteron di dalam aliran darah dan setelah CL matang, konsentrasi
progesteron meningkat.
2.
Prostaglandin (PGF2α), disekresi dari rahim betina saat
tidak terjadi kebuntingan. Prostaglandin menyebabkan CL luruh dan akan
menyebabkan konsentrasi progesteron menurun dengan cepat.
3.
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dikeluarkan dari
hipotalamus dan mempengaruhi hipofisis anterior. Saat konsentrasi progesteron
meningkat, konsentrasi GnRH menurun. Jika CL meluruh, konsentrasi progesteron
akan berkurang dalam aliran darah dan akan menyebabkan peningkatan konsentrasi
GnRH.
4.
Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang ada pada
ovarium (indung telur) akan meningkatkan jumlah telur. Biasa digunakan dalam
transfer embrio untuk terjadinya superovulasi.
5.
Luteinizing Hormone (LH) diinjeksikan untuk
meningkatkan jumlah folikel yang dihasilkan.
Terjadinya estrus
setelah pemberian hormon PGF2α disebabkan karena lisisnya CL pada ovarium,
sehingga kadar progesterone dalam darah menurun. Menurunnya kadar progesterone
selanjutnya memberikan umpan balik positif ke hipofisa untuk melepaskan hormon
FSH dan LH. Sejalan dengan dikeluarkannya hormon FSH maka terjadi perkembangan
folikel yang kemudian menghasilkan hormon estrogen yang mengakibatkan ternak
betina mengalami estrus.
B.
Produk dan Dosis Rekomendasi
1. PROSTAGLANDIN
Lutalyse 5 ml, intra muskular
Estrumate 2 ml, intra muskular
IN-SYNC 5 ml, intra muskular
Lutalyse 5 ml, intra muskular
Estrumate 2 ml, intra muskular
IN-SYNC 5 ml, intra muskular
2. PROGESTIN
CIDR Intra vagina
MGA 0,6 mg/ekor/hari, per oral
CIDR Intra vagina
MGA 0,6 mg/ekor/hari, per oral
3. GnRH
Cytrolrein 2 ml intra muscular atau intra vena
Factrel 2 ml intra muscular
Fertagyl 2 ml intra muscular atau intra vena
Cytrolrein 2 ml intra muscular atau intra vena
Factrel 2 ml intra muscular
Fertagyl 2 ml intra muscular atau intra vena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar