PERJALANAN GAMET
1. Perjalanan Sperma
Semen diejakulasikan awalnya
di dalam salah satu dari dua tempat yakni vagina atau uterus.
Secara umum pergerakan
sperma di dalam saluran reproduksi terbagi atas dua fase, yaitu fase lambat dan
fase cepat. Pergerakan pada fase ini difasilitasi oleh prostaglandin dan
estrogen.
Pada beberapa spesies yang
deposisi spermanya pada vagina secara umum persentase yang mencapai uterus
sangat kecil.
Faktor yang mempengaruhi
perjalanan sperma melewati cerviks adalah motilitas sperma, aktivitas muscular
dinding vagina dan cerviks,struktur mucus servics, dan kehadiran kripta
cerviks.
Perjalanan sperma di dalam
uterus merupakan hasil kontraksi uterus, dan motilitas sperma memainkan peranan
yang kecil dalam proses ini.
Sperma akan mengalami
kesulitan sewaktu melewatin uterotubal junction ketika hewan betina
tidak dalam keadaan estrus atau pada saat sel telur tidak melewati UTJ ini
karena UTJ merupakan suatu katup di bawah kontrol hormonal.
Pola dan kecepatan gamet
sperma melalui oviduct dikontrol oleh beberapa mekanisme yakni peristaltik dan
antiperistaltik musculus oviduct, kontraksi kompleks lipatan mukosa dan
mesosalphink, arus cairan dan lawan arus cairan yang disekresikan oleh aksi
silia oviduct.
Di ampula sperma bertemu
dengan ovum dan terjadilah proses fertilisasi.
2. Perjalanan sel telur ( ovum )
Ovum diovulasikan dari
folikel ovarium sebagai kompleks cumulus-oosit, yang terdiri dari oosit yang
tertanam dalam kelompok sel folikel.
Pengangkutan ovum ini
difasilitasi oleh sel kumulus yang turut dilepaskan bersama oosit pada saat
ovulasi.
FERTILISASI DAN PEMBELAHAN AWAL
Fertilisasi pada vertebrata
adalah gabungan 2 gamet haploid untuk membentuk suatusel diploid yang
berpotensi menjadi individu baru.
Struktur sperma matur yaitu
terdiri dari kepala yang berisi nukleus, midspace (suatu heliks tempat seluruh mitokondria bersatu
), akrosom, dan ekor/ tail / flagellum.
Kapasitasi sperma terjadi
ketika sperma berada dalam saluran reproduksi betina pada suatu periode waktu
tertentu yang secara normal terjadi selama perjalanan gamet.
Perubahan-perubahan pada
proses kapasitasi meliputi perubahan-perubahan pada adenilat siklase, perubahan
pada metabolisme, perubahan pada ion-ion intraseluler, perubahan pada akrosom,
perubahan pada inti, dan perubahan pada selaput plasma.
Ikatan sperma dengan zona
pellucida merupakan bagian yang penting dari proses fertilisasi.
Terdapat 2 hipotesis atau 2
faktor tentang penembusan spermatozoa ke zona pellucida yaitu hipotesis mekanik
(faktor motilitas) dan hipotesis enzimatis (faktor enzim).
Ketika sperma mempenetrasi
zona pellucida, ia berikatan dan fusi dengan membran plasma oosit.
Ketika berikatan dengan
sperma, ovum secara cepat mengalami sejumlah perubahan metabolik dan fisikal yang
secara kolektif disebut aktivasi telur (egg activation)
Efek utama meliputi
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler, menyelesaikan pembelahan meiosis
kedua dan juga disebut reaksi kortikal (cortical reaction).
Zona pellucida mengalami
beberapa perubahan setelah dilalui sperma yang membuatnya tidak mudah untuk
dimasuki oleh sperma berikutnya. Perubahan tersebut adalah mengerasnya zona
pellucida, dan dihancurkannya reseptor sperma di dalam zona pellucida.
Ketika membran jantan dan
betina fusi, material genetik dari masing-masing induk mampu bergabung dalam
suatu proses yang disebut sygami, untuk membentuk individu baru.
Produk fertilisasi adalah
embrio-satu sel dengan satu komplemen kromosom diploid. Pada saat antara
fertilisasi dan pembentukan blastosis, embrio bergerak ke luar oviduct menuju
lumen uterus.
Beberapa kesalahan yang umum
walaupun jarang terjadi adalah:
v
Polispermi, pembuahan ovum oleh lebih dari 1
sperma.
v
Poligini, terjadi kelebihan 1 kromosom betina
karena kegagalan mendesak badan polar ( polar body ) kedua.
v
Ginogenesis, rusaknya pronukleus jantan
v
Androgenesis, semua materi genetik berasal dari
spermatozoa
Ada 2 tipe kembar:
v
Tipe dizigotik, yakni lebih dari 1 sel telur
difertilisasi oleh sperma yang berbeda, dan menghasilkan keturunan yang tidak
identik
v
Tipe monozigetik, yakni 1 sel telur hasil
fertilisasi menghasilkan 2 keturunan yang identik
HORMON YANG BERPERAN SELAMA KEBUNTINGAN
Progesteron adalah hormon
yang terutama dihasilkan oleh corpus luteum, dan paling dibutuhkan untuk memelihara
kebuntingan pada seluruh spesies hewan.
Regulasi fungsi luteal
1. Regulasi Luteal pada kelinci
Kompleks luteofilik pada
kelinci dalam memelihara kebuntingan adalah prostaglandin, FSH, dan LH yang
dihasilkan oleh pituitari.
2. Regulasi luteal pada tikus.
Prolaktin dan LH adalah
komponen utama kompleks luteotrofik pituitary selama pertengahan pertama
kebuntingan tikus. Pada pertengahan kedua, kompleks ini disuplementasi oleh prolaktin-like
luteotropic yang disekresikan oleh plasenta.
3. Regulasi luteal pada kambing
dan domba
Perbedaan kebutuhan sekresi
progesteron luteal selama kebuntingan pada kedua hewan tersebut adalah CL pada
domba tidak dibutuhkan lebih lama sebagai sumber utama progesteron, dan dapat
dibuang setelah hari ke 50 kebuntingan tanpa menyebabkan abortus, sedangkan
pada kambing CL dibutuhkan pada keseluruhan usia kebuntingan.
4. Regulasi luteal pada babi
Fungsi luteal pada babi
menyerupai pada kambing
Produksi Hormon Kebuntingan Oleh Plasenta
1.
Hormon Steroid
Progesteron , fungsi progesteron selama kebuntingan adalah memberi lingkungan yang
kondusif pada endometrium sehingga fetus bisa bertahan, dan menekan
kontraktilitas otot polos uterus.
Estrogen, fungsi estrogen selama
kebuntingan adalah stimulasi miometrium dan melawan aktivitas penekanan
progesteron terhadap miometrium, juga stimulasi perkembangan glandula mamae.
2.
Hormon Protein
Chorionic gonadotropin, hormon ini mempunyai efek untuk stimulasi gonad, sama dengan gonadotropin.
Laktogen plasenta ( prolactin dan growth hormone
), fungsi hormon ini
diperkirakan adalah untuk memodulasi metabolisme fetus dan induk, dan
mobilisasi substrat energi untuk digunakan fetus. Pada beberapa spesies,
menunjukkan fungsi stimulasi CL dan berpartisipasi pada perkembangan glandula
mamae sebelum partus.
Relaksin, fungsi hormon ini adalah untuk memelihara
kebuntingan dan membantu kelahiran.
Kegagalan Kebuntingan Karena Faktor Hormonal
Causa hormonal pada
kegagalan kebuntinga secara umum disebut “lutheal phase defect”.
Terdapat 3 klas dari luteal
phase defect, yaitu:
1. Tidak cukupnya produksi
progesteron pada fase luteal
2. Tidak cukupnya produksi
progesteron setelah dibantu oleh hCG (pada manusia) atau LH (pada hewan)
3. Tidak cukupnya produksi
progesteron plasenta
PENGENALAN KEBUNTINGAN PADA INDUK
1.
Pengenalan kebuntingan pada primata dan kuda
Mekanisme yang terlibat
produksi signal dari konseptus yakni chorionic gonaditropin (CG). Pada
spesies ini CL hidup selama siklus reproduksi normal tidak cukup lama untuk
menghasilkan progesteron dalam memelihara kebuntingan. Oleh karena itu
blastosis mensekresikan chorionic gonaditropin (CG) yang mirip dengan luteinizing
hormon (LH) yang dapat memberikan signal sehingga lama hidup CL bisa
diperpanjang.
Pada kuda, Produksi CG tidak
dapat di deteksi sampai hari ke-35 kebuntingan. Terlihat bahwa kuda bunting
merubah rasio PGE-2 versus PGF2α dalam vena uterin dan bahwa PGE-2 menstimulasi
kontinuitas fungsi luteal sampai hari ke-35 kebuntingan.
2.
Pengenalan kebuntingan pada ruminansia
Pada sapi dan ruminansia lain, CL regresi pada akhir siklus
pada hewan tidak bunting sebagai hasil sekresi PGF-2α oleh endometrium. Embrio
awal ruminansia mensekresikan sejumlah besar protein yang disebut interferon atau (IFN-τ). Ekspos endometrium terhadap hormon ini akan
mengurangi sekresi PGF. Oleh karena itu diduga interferon tau bersifat mencegah
signal luteolisis. Sebagai hasilnya corpus luteum akan tetap bertahan dan level
progesteron yang tinggi akan tetap dipelihara.
3.
Pengenalan kebuntingan pada babi
Signal embrio hadir dalam
uterus di antara hari ke-10 – 12 post koitus. Pada saat itu blastosis
mensintesis estrogen, yang bersifat luteotrofik pada spesies ini. Oleh karena
itu, disimpulkan bahwa estrogen mungkin bertangguwab sebagai signal embrio
dalam kebuntingan.
IMPLANTASI
Embrio dikatakan mengalami
implantasi ketika menjadi tetap posisinya dan berkontak dengan induknya.
Implantasi (nidasi)
diperlukan karena sekresi dan difusi material-material uterus tidak cukup
memberi makan embrio.
Tujuan implantasi adalah
membawa pembuluh darah embrio ke dalam komunikasi fungsional dengan suplai
darah maternal.
Implantasi abnormal
meliputi: Ectopic pregnancy (tubal gestation, Abdominal gestation, dan ovarian gestation),
Hydatidiform mole, dan Choriocarcinoma.
Agar pemberian makanan pada
embrio yang berkembang ini dapat kontinu dibentuklah plasenta
PLASENTASI
Plasentasi adalah
perkembangan plasenta yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi fetus.
Fungsi plasenta adalah:
v sebagai paru-paru untuk
keluar masuknya gas pernafasan
v sebagai usus untuk mengabsorbsi
bahan makanan
v sebagai ginjal untuk
membuang ampas metabolisme fetus
v menghasilkan zat untuk
memelihara pertumbuhan janin
Lapisan tunggal trophoblas
(membran ekstra embrionik) mengalami fusi dengan sel mesoderm avascular untuk
membentuk chorion, membran terluar yang menutup embrio dan 3 membran fetus yang
lain yaitu amnion, yolk sac, dan alantois.
Klasifikasi plasenta
berdasarkan bentuk plasenta dan tempat kontaknya adalah difusa, kotiledon,
zonaria, dan diskoid.
Klasifikasi plasenta
berdasarkan lapisan di antara darah fetal dan maternal (mikroskopis) yaitu
epitheloichorial, endotheliochorial, dan hemochorial.
Struktur makroskopis
plasenta ruminansia (tipe kotiledon ) terdiri dari kotiledon, karunkula, dan
plasentom.
Struktur mikroskopis
plasenta ruminansia adalah terdapatnya sejumlah besar sel-sel binukleat.
Hormon utama plasenta
ruminansia adalah progesteron, estrogen, dan laktogen plasenta.
Imonoglobulin tidak di
transportasikan melintas dari induk ke fetus, oleh karena itu ruminansia yang
baru lahir tidak punya sirkulasi antibodi.
LAMA DAN PERIODE KEBUNTINGAN
Lamanya kebuntingan
merupakan interval waktu dari perkawinan yang fertil sampai terjadinya partus.
Variasi kecil lama
kebuntingan terdapat pada beberapa breed mungkin disebabkan oleh faktor
genetik, musim, atau efek lokal.
Pertumbuhan makhluk baru
sebagai hasil fertilisasi dapat dibagi menjadi 3 periode yaitu:
v Periode ovum (perkembangan embrio awal) yaitu periode mulai saat fertilisasi sampai implantasi
v Periode embrio yaitu periode
mulai implantasi sampai dimulainya pembentukan alat
tubuh bagian dalam
v Periode fetus yaitu periode mulai terbentuknya alat tubuh
bagian dalam sampai terjadinya partus.
PERUBAHAN PADA ORGAN REPRODUKSI SELAMA KEBUNTINGAN
1.
Vulva dan vagina
Pembengkakan (udema) dan
pengkatan suplai darah ke vulva. Vagina terlihat pucat dan kering selama
kebutingan tetapi menjadi bengkak dan lunak pada akhir kebuntingan.
2.
Cerviks
Sekresi cerviks meningkat
untuk menghasilkan mucus kental untuk menutup saluran cerviks (plug), os
eksternal tertutup rapat, relaksasi cerviks dan pelvis beberapa hari sebelum
onset partus.
3.
Uterus
Terdapat 3 fase adaptasi
uterus terhadap kebuntingan yaitu proliferasi, growth (pertumbuhan), dan
stretching.
4.
Ovarium
Ketika induk mengenali
kehadiran fetus di dalam uterus, maka CL bertahan sebagai CL kebuntingandan
siklus berahi berikutnya tertahan.umumnya folikel-folikel pada ovarium
mengalami atresi.